Rabu, 07 Desember 2011

Merayakan kelahiranNya tanpa kehadiranNya


Desember adalah bulan paling akhir dalam suatu masa tahun, entah kenapa bulan ini di namakan bulan Desember. Yang pasti  Desember atau  decem, berarti 10 yang mana di Roma desember merupakan bulan ke-10.  tapi pada masa sekarang bulan desember di kenal sebagai bulan ke-12 atau bulan paling akhir dari 12 bulan yang ada.

Beragam reaksi orang menanti datangnya bulan desember ini, ada yang senyum-senyum tanpa makna,  ada juga yang terkesan cuek dan sinis menyambut datangnya bulan ini. Buat mereka yang senyum-senyum mungkin dikarenakan terlalu bersemangat untuk menyambut akhir tahun, serta berharap setiap doa yang disampaikan akan  terjawab di tahun baru yang akan datang, mudah-mudahan membawa kebahagian tersendiri. berdoa lagi lebih kencang supaya dapat bonus dari Tuhan berupa pasangan hidup yang sesuai kriteria. Sedangkan bagi mereka yang sinis, bisa jadi sudah putus asa dikarenakan setiap tahun rasanya tidak pernah ada yang berubah, hidup selalu terasa semakin sulit dari tahun ke tahun. atau mungkin sepertinya niat untuk menikahi keKasih hati selalu terbentur harga Sinamot. Judul yang pas untuk kasus yang ini adalah “cintaku kandas di semifinal persis di kota sinamot”.

Buat orang kristen tentu saja bulan desember adalah bulan yang penuh makna, bulan dimana setiap orang akan merayakan Natal, Momen yang selalu ditunggu-tunggu. Natal yang dalam artiannya adalah merayakan kelahiran Yesus Kristus seperti yang tertulis di dalam injil Matius 1 : 18 – 25 dan injil Lukas 2 : 1-20.  idealnya NATAL seharusnya menjadi peristiwa KASIH yang dasyat. Faktanya?

Seringkali kita merayakan kelahiranNya tanpa kehadiranNya, karna ternyata  yang terjadi adalah pada setiap momen Natal, orang  jauh lebih tertarik  untuk menyambutnya  dengan serba  wah, dengan berbagai kemewahan, gegap gempita serta kemeriahan dan tentu saja sering semuanya itu terjadi tanpa kehadiranNya.

Ketika menyambut Natal itu sendiri orang lebih sibuk untuk mempersiapkan Pohon Natal, baju baru, rencana liburan, kumpul-kumpul dengan keluarga dan tentu saja harapan untuk mendapatkan hadiah-hadiah Natal, Syukur-syukur hadiahnya bisa dapat langsung dari tangan Sinterklas yang gendut itu dan tak lupa sambil poto disampingnya dengan senyum  setengah tersungging di bibir. Photo ini jadi inspirasi untuk Natalan yang akan datang. tiada Natal tanpa makanan yang melimpah, setiap Natal tiba, kebanyakan orang yang merayakan Natal  akan menemukan dirinya semakin gemuk dalam kemakmuran dan dapat  dibuktikan dari berat badannya.
Orang-orang tua juga sepertinya hanya mengajarkan anak-anaknya dengan segala pernak-pernik khas Natal. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal-hal tersebut diatas, tetapi ada baiknya esensi Natal itu sendiri tidak hilang di telan pernak-pernik dunia yang tidak begitu penting.

Gereja-Gereja (tentu saja tidak semuanya) sepertinya banyak yang hanya berlomba-lomba untuk membuat acara sedemikian mewah dalam merayakan Natal ini, jemaat terlalu sibuk untuk mempersiapkan acara Natal.  Sepertinya Gereja hanya peduli terhadap acaranya dan tak segan-segan untuk menghabiskan dana yang besar. Tetapi terkadang Gereja lupa bahwa di sekeliling gedung besar tempat acara Natal yang mewah dan mahal, serta menghabiskan banyak dana itu,  banyak orang-orang miskin, gelandangan, penyakitan, kelaparan, kedinginan dan tanpa tempat tinggal.  Bahkan mungkin jemaat Gereja itu sendiri banyak yang butuh uluran Kasih. Apakah tidak lebih baik kalau Dana itu di pakai untuk orang-orang yang sangat membutuhkan? Menurut saya alangkah lebih bijaksana ketika dana yang sebesar itu bisa digunakan untuk suatu program yang memberikan dampak lebih besar dan berkelanjutan kepada lebih banyak orang tentunya daripada hanya sekedar acara. Karna kata memberkati seharusnya bukan hanya berupa hitungan kosong belaka tapi sepantasnya kata berkat itu sendiri dapat diukur.

Jika Gereja tidak bisa menjadi solusi dan tidak dapat mengayomi orang-orang yang membutuhkan, dengan demikian, Gereja itu telah kehilangan fungsinya sendiri. Gereja seharusnya berkembang sesuai dengan kebutuhan dunia (bukan berarti menjadi serupa dengan dunia). Karena kalau Gereja tidak berkembang serta tertinggal dari kebutuhan dunia ini, bagaimana mungkin bisa menjawab kebutuhan? Jadi alangkah lebih baik ketika kita sama-sama mengembalikan fungsi Gereja yang sesungguhnya.

Momen Natal seharusnya menjadi momen untuk kita merefleksikan kembali akan Kasih  Yesus dan alangkah lebih baik lagi belajar dari sumber Kasih itu sendiri, saat Natal adalah saat dimana seharusnya kita membukakan mata akan sekeliling kita, saat seharusnya kita lebih memikirkan orang lain daripada diri kita sendiri, momen yang seharusnya mengingatkan kita untuk berbagi kepada sesama. Momen yang seharusnya menggemukkan orang yang masih kurus, meringankan beban mereka yang berat, serta melakukan kepada sesama dalam Kasih yang besar. Tidak bisa dipungkiri bahwa  begitu banyak orang diluar sana yang butuh Kasih, mereka butuh pelukan dan rasa peduli kita.

Sebab firman Tuhan sendiri berkata bahwa, ketika kita memberi makan yang kelaparan, memberikan pakaian bagi mereka yang telanjang, melawat mereka yang sakit, memberikan tumpangan bagi mereka yang tidak punya tempat tinggal, melakukan sesuatu bagi saudara kita yang kesusahan, dengan demikian kita telah melakukannya untuk Allah.

Sudah saatnya kita merayakan Natal di tahun ini dengan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang memberi dampak. Mari kita sama-sama merenungi makna Natal yang sesungguhnya setidaknya bagi diri kita sendiri, sehingga dengan demikian harapannya kita bisa merayakan kelahiranNya dengan kehadiranNya.

Tulisan ini hanyalah sebuah pemikiran yang mungkin kesannya sok bijak, tapi memang saya bijak…hehehehe


Jumat, 18 November 2011

Sorga dunia si Ganang Kera sang Bintang Lima

Sebuah perjalanan hidup sang legenda yang lupa dicatat dalam Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa atau disingkat PSPB, Dulunya  di ajarkan oleh ibu boru Sinaga di SMP HKBP Parapat, kalau di Sekolah lain mungkin Ibu Silaban yang turut ambil bagian dalam mengajarkan dari mata pelajaran sejarah, olahraga, kesenian, bahasa indonesia sampai kepada PSPB ini.

Jaman dahulu kala sebelum nusantara bersatu, sebelum listrik masuk desa, sebelum program KB diluncurkan, dan sebelum SBY jadi presiden,  hiduplah seorang wanita bernama si Ganang Kera Sang Bintang Lima di suatu kampung yang bernama 40th. Si Ganang Kera benar-benar terlahir sebagai seorang wanita tulen, tidak ada keanehan pada saat kelahirannya, semuanya terlihat begitu normal, lahir pada saat sudah bukaan sepuluh, tepatnya malam hari, dibantu oleh  bidan desa yang setengah baik itu. kelahirannya tidak di sertai sedikitpun hal yang berbau kemistisan. Bahkan beberapa hari setelah lahir, dia diperlakukan layaknya bayi yang baru lahir pada umumnya di desa tersebut. dihangatkan oleh tungku api dari kayu bakar, minum soup dari daging ayam kampung atau biasa di panggil manuk jabbe berwarna putih  dicampur daun bangun-bangun, dan dibungkus oleh kain lapin berwarna putih bersih.
Tidak lupa artis Kampung bernama Minder (adek kandung si JAnggereng) menyambut kehadirannya dengan goyangan aduhai disertai senandung lagu “kotek-kotek” yang dimulai dari anak ayamnya yang sembilan ekor mati satu-satu sampai anak ayamnya mati semua.

Tidak ada sedikitpun tanda-tanda keanehan sampai si Ganang Kera umurnya beranjak sekitar 4 tahun. Sedikit demi sedikit cerita kelegendaan si Ganang Kera mulai tersohor dari satu desa ke desa yang lain. Dia bertumbuh sebagai wanita, tetapi ternyata nyali dan kemampuannya melebihi keberanian  seorang pria sejati sekalipun. Jelas aja pamor kelegendaan si Akon (baca; Aken) lambat laun memudar  oleh karna kebangkitan calon legenda baru ini. Sebenarnya sungguh tidak adil bagi si Akon untuk membandingkan antara Si Ganang Kera dengan dirinya,  Faktanya si Aken tidak akan mampu bersaing dengan dia selama si Akon hanya bertumpu sama perut besarnya. Akon seharusnya turut berbangga oleh kehadiran Fenomena baru di Kampung 40th ini. Kalau Kelegendaan si Aken hanya dikarenakan Badan dan perutnya yang besar, bahkan mungkin manusia terbesar yang pernah lahir di kampung 40th, Si Ganang Kera Jauh melebihi  sekedar pencapaian tersebut.

Kita tidak  sedang membicarakan kisah seorang bocah pemanjat Tower sutet di Jakarta bernama Fitri “spiderkid” . berita itu terlalu berlebihan menurut saya, jika dibandingkan dengan kisah si Ganang Kera. Kemampuan Fitri Spiderkid masih jauh dibawah ketek si Ganang kera dalam hal panjat-memanjat.

Mungkin semua orang bertanya-tanya, apa makna dibalik nama Si Ganang Kera Ini? tentu saja selalu ada kolor di balik rok, betul? demikian juga dengan ada alasan kuat dibalik namanya yang kurang keren itu. Nama si Ganang Kera di sematkan kepada dia sebagai bentuk penghargaan dari warga atas kemampuan dan keahliannya  yang luar biasa dalam hal memanjat.  apa saja yang mustahil untuk di panjat, yang bahkan seekor kera-pun sudah enggan memanjatnya, tinggal panggil si Ganang Kera maka semuanya akan beres dalam sekejab. Tak peduli seberapa besar dan tinggi, ketika ada kebutuhan untuk memanjat maka dia akan segera memanjat pohon tersebut dalam sekejab mata.

Segala bentuk pohon sudah ditaklukkan si Ganang Kera, mulai dari Pohon Jambu milik si Lamsing (salah satu pohon yang rutin menghasilkan buahnya bagi kebutuhan anak-anak setempat). Pohon jambu yang lumayan tinggi.  jadi  tidak salah lagi bahwa dia adalah seorang pahlawan bagi anak-anak melalui pohon jambu ini, ketika ada seorang anak  kecil menangis, si Ganang Kera akan dengan senang hati memanjat pohon jambu dan memberikan buahnya kepada anak-anak yang sedang menangis.  Jadi dia benar-benar seorang pahlawan bagi anak kecil, sekaligus musuh bagi si Lamsing yang selalu mendapati buah jambunya habis di garap si Ganang Kera.

Setiap orang yang punya pohon kemiri, si Ganang Kera juga dipastikan menjadi pahlawan buat mereka.  Daripada didahului orang lain memetik buah kemiri, pemilik  lebih baik meminta bantuan sang Ganang Kera untuk mengambil semua buah kemiri yang sudah dianggap cukup matang, hal ini dilakukan sebagai antisipasi terhadap  para maling yang berusaha mencuri buah kemiri tersebut. Jangan harap batang kemiri yang dipanjat hanya satu-dua pohon, semua pohon kemiri yg ada di kampung 40th  yang jumlahnya ratusan sudah merasakan pelukan eh maksudnya panjatan si Ganang kera. Ga heran si Ganang Kera bisa Jual kemiri ke Agen terkenal “Oppung Ciko”, sekalipun dia tidak punya pohonnya.

Pada musim durian juga seperti itu, maklum di kampung 40th salah satu penghasil durian paling enak di daerah tersebut. Semua pohon durian dipanjat dan digoyang si Ganang Kera. Ga salah lagi, dia seorang pahlawan bagi warga setempat.  Pohon Beringin, Hariara, dan pohon Pinus adalah korban dari keganasan si Ganang Kera, tidak satu dari pohon itupun terlewatkan tanpa merasakan panjatan si Ganang Kera. Jangankan pohon, Truk pengangkat kayu besar sekelas Lojing Gandengan aja dipanjatnya, apalagi hanya  pohon, kecillah buat dia.

Si Ganang Kera Juga selalu terlibat dalam semua permainan anak-anak setempat, mulai dari permainan yang seharusnya khusus pria dan permainan campuran pria-wanita dia selalu ambil bagian didalamnya. Permainan kebanggaannya adalah permainan SemberElang (permainan yang kejar-kejaran sampai objek tertangkap)  dan Petak umpet. Dia adalah orang yang selalu menyelesaikan permainan lebih awal sekaligus membuyarkan semangat para pemain. karena sekali dia sembunyi tidak akan ada satupun dari antara teman-temannya yang mampu menemukan keberadaannya, entah dimana dia bersembunyi, hanya Tuhan dan Si Ganang Kera Yang tau. Yang pasti sepanjang sejarah permainan itu (yang hampir setiap hari dimainkan) tidak pernah sekalipun dia bisa ditemukan.


Trus bagaimana dia di juluki bintang lima?  Yang pasti bukan karna dia punya hotel bintang lima atau punya tato di punggung berbentuk bintang, bukan sama sekali.
Satu-satunya hal yang membuat dia dijuluki bintang lima dikarenakan bisul yang mengerogoti tubuhnya, entah bagaimana dulu bisul itu muncul, yang pasti bisul-bisul tersebut menyerang si Ganang Kera tanpa memandang tempat, dari mulai bagian tubuh yg terbuka sampai pada bagian tubuh yang paling ditutupi, semua terkena bisul. Anehnya sekalipun dia bisulan sama sekali tidak mungurangi niatnya untuk menyalurkan hobbynya memanjat. Dari hobbynya inilah tempat bisul bahkan yang paling tersembunyi ini ditemukan oleh teman sepermainannya yang cowok. ternyata di bagian ehem-nya tak luput dari serangan bintang lima. Jadilah dia dijuluki si Ganang Kera Sang Bintang Lima. Ditemukan oleh para pria setempat.

Seiring dengan berjalannya waktu, si Ganang Kera Sang Bintang Lima beranjak dewasa, tiba saatnya untuknya dan teman-teman se-permainannya untuk merantau dan melanjutkan hidup. Sudah cukup lama kedatangannya ditungu-tunggu, entah dimana dia kini berada. Yang pasti sejarah Si Ganang Kera Sang Bintang Lima tidak akan pernah dilupakan, Dia yang membuat kampung 40th menjadi hidup dan bergairah. Sejak kepergiannya, kampung 40th serasa sepi, tanpa kreatifitas dan tanpa gairah. Banyak kenangan tidak terlupakan yang akan membuat setiap warga 40th tersenyum lebar ketika mengingat kembali namanya yang tersohor itu. Tak terkecuali AKAMBRI (anak kampung Bringin) dan Parsosor (pusat Ambacang dari segala rasa berada).

Salam hangat dari si Ojak, si Kendes , Simulatua dan si Leo!!!











Jangan tersinggung apalagi Marah!!!
Tulisan ini hanyalah sebuah kisah  fiktif belaka tentang petualangan Si Ganang Kera  Sang bintang Lima di suatu desa yang mirip sebuah surga di dunia, persamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka, semoga  menghibur dan membuat kita sama-sama mengingat sejarah kampung kita masing-masing!!
Hidup PSPB!!

Rabu, 02 November 2011

BILAKU

Sekian lama diriku tidak eksis menulis seperti dulu, memang menulis  bukanlah salah satu bakat terbaikku dari sejuta bakat yang ku punya, karunia yang telah diberikan Sang Penciptaku dengan Cuma-cuma, tapi tetap tidak ada salahnya untuk menuliskan sesuatu, syukur-syukur bisa bermanfaat buat para pembacanya, dan kalau ternyata tidak bermanfaat, yaaaah maaf .

Teringat ketika pertama kali menulis, semua dikarenakan tidak punya teman untuk bercanda gurau, kucoba untuk bercanda kepada bintang di langit dan burung-burung di udara diageni sang kuda laut, tapi ternyata merekapun tidak memberikan respon yang cukup memadai layaknya respon sahabat yang mengerti diriku. Akhirnya pilihan terbaik adalah menuliskannya di jejaring sosial, berharap teman atau musuhku memberikan komentar mereka, jadi ceritanya pun terus berlanjut.  Tarikk mang!!

Respon dari para komentator juga berbeda-beda. Ada yang bilang tulisan saya perlu dibina, bahasa sederhananya dibinasakan, ada juga yang bilang lucu, ada yang bilang “entah apa sikawan ini, ketek orangpun dibahas”  (klo keteknya menginspirasiku, kenapa emangnya?), ada juga yang menyarankan untuk buat novel,( saran yang menurutku telah melewati batas GBHN), dan ada juga sobat saya yang menangis baca tulisan saya loh, loh kok bisa? Yah anda jangan tanya saya dong. Mungkin terakhir kali dia mengeluarkan airmata  di pemakaman neneknya yang meninggal beberapa abad yang lalu. Ada juga yang bilang tulisan saya terlalu blak-blakan, loh klo ga blak-blakan ntar mirip pemimpin kita yang tidak punya cukup nyali itu. selalu cari aman, takut punya musuh dan yang terlalu sibuk untuk pencitraan diri.  kita harus duduk bersama-sama dan  berdiplomasi” (kata-katanya yang terkenal seantero jagad raya)

Nah itu hanya sekilas cerita awal mulanya saya terperangkap dalam dunia tulis-menulis ini. “Hanya berharap yang terbaik yang akan datang”…saran favorit dari mereka yang telah kehabisan ide untuk berkata-kata.

Setelah teringat masa-masa saya jatuh cinta menulis ,  sayapun tergoda kembali untuk menuliskan sedikit, tidak banyak kok.  Anggap aja tulisan ini  sebagai peringatan akan diri sendiri selama hidup dalam masa-masa “pengasingan”, jadi suatu saat ketika sudah merasa tidak “asing” lagi, akan menjadi cerita yang indah buat anak-cucu kelak.

Tidak Terasa juga bahwa ternyata sudah lebih dari setahun saya mengarungi hidup dalam ketidakjelasan dan keluntang-lantungan. rasanya waktu terlalu cepat berlalu, Kenapa sang waktu tidak mencoba untuk berhenti sesaat? Menunggu hidup saya dalam kejelasan. Ahh.. si waktu tidak akan pernah berhenti bung, dia sibuk aja berjalan terus.   

Hidup dalam ketidakjelasan menjadi makanan hari-hari saya dalam setahun terakhir,  sibuk berpindah dari satu atap ke atap lain, dari satu kota ke kota lain, sibuk melakukan apa yang disenangi hati, tanpa berpikir dompet yang semakin hari semakin menipis, umur juga yang ternyata makin hari makin tua juga, kirain akan tetap muda selamanya. Dan sialnya kenapa badanku semakin kurus aja akhir-akhir ini? Hanya mencoba menghibur diri dengan berkata “ ini Otot semua loh”, padahal emang iya sih, otot semua.

Dalam perencanaan hidup juga seperti ini, sekarang sibuk buat satu rencana, seminggu kemudian memikirkan rencana lain, rencana yang satu belum rampung, rencana yang lain sudah muncul.  Akhirnya rencana tinggal rencana, satupun belum ada yang terealisasi hingga saat ini, entah kapan semuanya dimulai.
Sejujurnya saya tidak pernah berpikir bahwa hidup saya akan masuk dalam fase ini, fase dimana saya sedang terjebak di dalamnya. Dulunya saya bermimpi bahwa hidup saya akan senang dari lahir sampai mati, tertawa sepuasnya sepanjang hidup, melakukan apa yang saya suka, menyukai apa yang saya lakukan. Nyatanya saya harus mencoba tinggal ditempat yang sebenarnya jauh dari kata kota ideal, mencoba menikmati macetnya, menikmati panasnya, menikmati melihat berbagai macam rupa orang yang berkeliaran, menikmati waktu-waktu yang habis diperjalanan, menikmati aroma tubuh mereka. Tapi sudahlah, tidak ada yang perlu disesali, karna kalau dilihat dari sisi positifnya, kota inipun telah banyak mengubah hidupku. Mengubahku menjadi orang yang lebih gigih dan membentukku menjadi petarung sejati.  
Hanya mencoba untuk menikmati fase ini,  Berharap  kabar baik akan datang secepat superman ganti celana dalam.

Tidak bisa dipungkiri juga bahwa kota ini telah membukakan mata saya yang dulu cipit.  Kekuatan Mata saya sudah kembali pulih. Pertanyaan saya yg akhir-akhir ini sering muncul, kenapa saya dulu tidak melakukan ini dan itu? kenapa ini dan itu-nya baru terpikirkan sekarang? Dari mana saja sih si ini dan itu itu?  Akhirnya sayapun mengerti jawabannya setelah mengalami ini dan itu. Ini-ini, itu-itu.

Tapi apapun kondisinya tetap tidak ada kata menyerah, lagipula sayapun belum mengerahkan sepenuhnya kemampuan terbaik saya, tetap berusaha lebih keras daripada orang lain lakukan. Dia yang kutunggu-tunggu pasti akan segera datang, Dan ketika dia datang, akupun sudah siap.

Tidak lupa bahwa segala sesuatunya sudah Dia direncanakan, Sosok yang sering terlupakan olehku, sudah lama rasanya saya tidak berbicara dengan Dia, lama tidak memuji Nama-Nya yang keren itu. sangat tidak  beralasan untuk melupakan Dia dalam setiap rencanaku,  ga heran suatu minggu sore, ketika sedang mengikuti sebuah ibadah di salah satu gereja, ada sebuah lagu yang membuat saya menitikkan air mata, kata-katanya bener-bener sangat menyentuh, rasanya lyric lagunya begitu dalam menusuk tulang dan sumsum, bener-bener memberikan kekuatan, harapan dan kesegaran yang baru. Lyricnya seperti ini;

Bilaku-Frangky Sihombing

Bagai Bapa melindungi anakNya di dalam bahaya
Begitulah Engkau Tuhan bagiku
Tak’kan pernah tinggalkan diriku

Bilaku bersama-Mu, bilaku di dalam-Mu
Bila Kau dipihakku siapa Lawanku
Di dalam dunia ini tiada seperti-Mu
Tiada kutakut untuk selamanya

Gelap malam lembah kelam yang ada di dalam hidupku
Tak’kan lagi menggetarkan hatiku
S’bab Kau Tuhan kekuatan di dalam hidupku

Ketika membaca lyricnya mudah-mudahan anda juga mengalami apa yang saya alami, bukan sulap dan bukan sihir, klo anda merasa punya pengharapan kembali. Jangan salahkan saya ketika tiba-tiba anda merasa lebih kuat dan bersemangat kembali untuk mengejar Bis di kota metropolitan yang sempat meninggalkan anda. 

*#sudut Jakarta yang semakin seksihh#*

Sabtu, 17 September 2011

Tungir Yang (Ternyata) Masih Nomaden

Dimana lagikah kakiku akan berpijak?  Dari begitu banyak kota yang pernah kutinggali tidaklah pernah satupun diantaranya memberikan kepuasan yang kekal, ingin rasanya kaki ini berpindah-pindah tempat, mungkin pengaruh dari kebiasaan nenek moyang dulu yang hidup nomaden sudah memulai sejarahnya kembali di generasiku. sekian lama budaya tersebut hilang dari peredaran. Sudah seperti inilah hidup ini diciptakan. sejarah seperti sebuah roda yang akan berputar kembali, yang baru akan muncul, sedangkan yang lama tinggal menunggu waktu untuk ngetop lagi.

Dalam hidupku, kebiasaan nenek moyang itu serasa muncul kembali, bedanya dulu sejarah diciptakan tanpa celana dalam, kalau sekarang celana dalamku selalu melekat di dalam balutan Jeansku yang lumayan mahal itu. Rasanya tidak akan pernah puas cukup lama tinggal di satu kota. Ingin rasanya selalu pindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, Boker dari satu tempat ke tempat lain, dan cukur kumis dari satu tempat ke tempat lainnya juga.

Tinggal di tanah kelahiran sepertinya bukanlah pilihan yang bagus, selain malu di tetawain tetangga, ga sanggup juga lagi kalau harus bersaing dengan generasi muda disana. Tinggal di kota Siantar juga bukanlah pilihan yang bijak, terlalu banyak preman yang suka memalak, bagaimana mungkin orang yang punya kasih besar seperti saya mampu hidup  disana?
Di kota Medan juga demikian, ga pernah masuk hitungan dari setiap daftar kota yang akan kutinggali,  Terlalu banyak BPK disana, takut kegemukan.

Tinggal di Aceh? Ah…kopinya sudah terlalu banyak kuminum, jadi berikan kesempatan bagi yang lain untuk menikmati tetes demi tetes kopi yang mengalir mulus dari bekas kaus kaki panjang itu. Padang? Boleh juga, tapi sepertinya waktuku yang setahun sudah cukuplah. Ga tega juga lihat pak Meutia untuk kali kedua, salah alamat di hari pernikahannya. Niat hatinya mau meminang si Poniem, apa daya kakinya selalu saja melangkah ke rumah Nadya. 

Bandung? Wah, kota yang selalu menawarkan berjuta kenikmatan. Untuk mereka yang Kuliah dan persekutuan doa memang disinilah tempatnya. Tapi bagi saya yang sudah cukup matang dalam umur maupun berpikir……..huumnnnnnn sepertinya bukan ide yang brillian.
Jakarta? Huhh…haruskah kujelaskan lagi alasanku kenapa tidak berniat tinggal disini?  Selain karna supir angkotnya  menyetir hanya dengan satu tangan sambil ngisap rokok,   kecepatan setara formula one, udah gitu gaya sopir angkot yang satu dan yang lain selalu sama. Apakah ini gaya wajib supir angkot di kota metro? apakah ini gaya seorang sopir metro yang patut kita lestarikan? Bisa jadi.  Makanannya juga pedes-pedes, jadi deh boker gue encer trus bawaannya.

Berbagai alasan inilah yang membuat aku berpikir dan mencoba untuk mencari tempat yang nyaman untuk kutinggali, paling tidak untuk beberapa tahun ke depan. Beruntung aku memiliki teman-teman yang satu visi, akhirnya setelah sekian lama kami merencanakan dan membuat sedikit analisa, terpilihlah Bali menjadi tujuan kami selanjutnya.

Dari beberapa diskusi terpilihlah dua orang yang akan berangkat lebih awal ke Bali untuk melakukan survey, yang satu si gondrong berambut ala Mesias, yang satu lagi si botak berhati Mesias. Sedangkan satu orang lagi, yang tidak mirip sedikitpun dengan Mesias, sudah menunggu disana.

Tanggal 10 september kami berdua pun berangkat menuju bali naik pesawat kelas ekonomi. Sebenarnya kami berusaha mencari kelas bisnis dan mencoba nego untuk mendapatkan tiket yang lebih mahal. apa daya, tiket mahal tidak ditemukan plus maskapai tidak mau menaikkan harga tiketnya, kamipun terpaksa melangkah dengan senyum khas masinis, satu-satunya senyum yang kami miliki saat itu (Parek ya).

Dua jam kemudian kami tiba di bandara Ngurah Rai, setelah mengambil bagasi, kamipun melangkah keluar. Ternyata sesampainya di luar, sepertinya ada suara-suara yang cukup akrap di telinga kami. “Parek sange tunge seribu kali, Pe dua be, parek sange tunge seribu kali, pe dua be, saya bukan politisi busuk tapi saya Saidin Yusuf” suara-suara ini muncul beberapa kali, tapi anehnya saya dan si gondrong tetap saja jalan sambil menghiraukan suara tersebut. Setelah tersadar, kami menoleh ke belakang, oh my goodness, ternyata dia, orang  yang sedikitpun tidak mirip Mesias.

Sorenya, kami menghabiskan waktu di pantai kuta yang terkenal itu, berenang di kolam renang di hotel, makan sambil minum beberapa botol bir. Malamnya kami mengunjungi Sky Garden, diskotek yang pamornya lagi gila-gilanya digandrungi para party lover. Untuk orang bule, bebas masuk tanpa tiket,  tapi untuk orang lokal harus mengeluarkan kocek  50 ribu untuk tiket masuk. Tapi tidak mengapa,  karna dari tiket masuk itu, kita sudah mendapatkan paket minuman. Jadi kalo di hitung-hitung lebih mahal tanpa tiket masuk daripada punya tiket, karna harga minuman dan makanan di dalam diskotek luar biasa mahal.
Kami menikmati puluhan alunan musik sambil menggoyangkan pantat, tak lupa sedikit parek buat para pengunjung. Berbagai macam bule ada disana menikmati musik yang hingar bingar itu. Awalnya hanya beberapa orang lokal yang terlihat tapi lama-kelamaan setelah malam semakin larut, cewe lokal yang entah darimana muncul, mencoba  memperjual belikan barang khusus dewasa, hal ini terlihat dari tampilan luarnya. Capek deh!!
Setelah cukup lelah kamipun pulang ke hotel.  Hiburan memang tidak ada matinya disini!! Oh ya, Denger denger, kami melewatkan tarian tiang seseorang yang kami kenal malam itu, teman yang jenis kelaminnya di ragukan!!

Dua hari setelah di kota ini, kami mencoba untuk menyewa motor. Sebenarnya banyak sekali motor tersedia untuk direntalkan, tapi sepertinya tidak satupun yang rela menyewakan untuk kami. Mungkin karna kami orang lokal, tampang penjahit, dan kelihatan tidak punya uang, hal yang membuat mereka berpikir dua kali. Udah gitu alasannya sama “udah ada yang booking mas” padahal jelas-jelas kami tau bahwa motornya belom laku. Beruntung kami mengenal seseorang yang mau menyewakan motornya untuk disewa perbulan. Susah juga orang bertampang susah liburan ke Bali ini coy.

Daripada menginap di hotel sehari-harinya, kami memutuskan untuk mencari sebuah kamar kost. Setelah mencoba cari-cari di sekitaran pantai kuta, akhirnya nemu satu kost an. Ga enaknya bapak kost-nya bertampang sombong, ngomongnya sedikit kasar plus, ga ada ramah-ramahnya sedikitpun. Hanya satu dari sejuta orang bali yang seperti ini. Aku sedang menunggu waktu yang tepat untuk mencukur kumisnya aja. Tunggu aja ya tungir, ketika tiba waktunya pasti kutungiri kau nanti.

Banyak sekali kesenangan disini, dan kenyataanya banyak juga tantangan, apalagi kalau kocek di kantong pas-pasan. Sepertinya ruang untuk menikmati Bali heaven cukup sempit, apalagi kalau kita tidak cukup mengenal daerahnya cukup baik. Tapi satu hal yang terpatri di hati, bahwa saya tidak berada disini untuk tunduk terhadap semua tantangannya. Ingat bung, aku orang batak yang lahir susah dan sudah terbiasa makan batu. Bukan budaya suku kami menyerah. Tinggal menunggu waktu aja Bali dan teman-temannya kutaklukkan.

Apapun itu, tetap tidak dapat mengubah niat untuk mencoba tinggal, menikmati  dan menumpuk kekayaan dari kota ini. Berharap segala kebaikan berpihak ke kami. Entah apa yang terjadi kedepannya, entah keuntungan apa yang akan menghampiri kami, entah masalah apa yang akan kami hadapi di depan, yang pasti perasaan optimis dan pesimis selalu bergantian menghinggapi pikiran. Tapi hal itupun tak pernah menyurutkan tujuan kami dari awal. Kami sudah bosan hanya sekedar kaya, kami mau kaya dan menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Bahkan, masalah yang paling besar dari si komo pun akan kami lewati!!!
  

Kamis, 18 Agustus 2011

Cinta...Oh Cinta...


Sekalipun pengertian cinta menurut bahasa indonesia adalah hanya sebatas kata sifat di siang hari, dan kata kerja di malam hari, tapi saya percaya ada makna yang lebih dalam di dalam arti kata cinta tersebut.

Ketika anda mendengarkan kata C.I.N.T.A. apa yang terlintas dalam benak anda? Apakah hanya sebatas “kue Apem” atau “Buah kembar”? apapun itu ternyata cinta  bisa membawa berbagai macam dampak buat yang merasakannya, cinta memang terkadang membuat kita bertindak sedemikian konyol, ada saat kita saling mencintai, ada saat cinta bertepuk sebelah pantat, ada perasaan cinta tapi tidak berani mengungkapkan, tidak ada perasaan cinta tapi diungkapkan, sampai kepada pebisnis China, eh salah maksud saya pebisnis Cinta. (usaha tanpa legalitas klo kata si notaris, hanya sebatas lobi-lobi ke pejabad dan penikmad)

Cinta adalah sebuah kata yang mengandung pengertian yang sangat rumit, ada Cinta Eros yang cenderung kepada romantisme, kasih sayang dan hawa nafsu, Cinta Philia, perasaan sayang yang cenderung kepada keluarga dan teman, Cinta Agape, kasih yang cenderung kepada Tuhan, CintaStorge, yang cenderung kepada semangat nasionalisme, patriotisme, dan narsisme. Ada juga cinta Monyet, perasaan cinta antara monyet ganteng yang satu dengan monyet seksi dengan G-String ala monyet yang lain.

Cinta adalah perasaan yang universal, tidak mengenal Gender (yang penting se-agama, jenis kelamin nomor dua),tidak mengenal Usia (yang penting se-suku, tua-muda nomor dua), tidak mengenal  Suku (yang penting seusia, putih-hitam nomor dua), tidak mengenal Agama (yang penting kelaminnya bertanda “siap tuai”, jemaat nomor dua) serta Status dan keadaan. Cinta itu memang buta, sehingga saking butanya terkadang lebih sering meraba-raba dan sekali-kali diraba. Tak peduli apanya yang diraba, meraba-raba isi hati yang di cintainya, atau meraba isi dibalik gumpalan benang yang meliliti tubuhnya.

Cinta itu kaya angin, datang seenaknya, pergi seenaknya, ia datang tanpa salam dan pamit. Ada saatnya dia datang senangnya bukan kepalang, perginya hati jadi malang, cinta membuat orang sering tertawa kaya orang gila, orang gila sering menertawai cinta, dan itu hanya karna Cinta.

Selain hobby mengamati kucing di waktu musim kawin, mengamati lika-liku kisah cinta seseorang juga merupakan hobby saya. Sepertinya cerita tentang kisah cinta ini seolah-olah tidak pernah bosen untuk diperbincangkan, selalu ada hal-hal unik di baliknya, Aneh tapi realita. baik dari anak-anak yang bener-bener masih bau kencur, anak muda cukup umur sampai nenek-nenek tuir berkacamata hitam keluaran Oakley yang terkenal itu. Efek jatuh cinta memang terkadang membuat orang waras jadi gila dan orang gila jadi tiba-tiba waras. Ketika jatuh cinta, tai gigipun sering berasa coklat, dan yang coklat itu entah kenapa terlalu dipuja terlalu berlebihan!

Sebagai seorang pengamat inilah yang saya temui, bahkan orang gilapun ternyata jauh lebih mengerti cara mengaplikasikan sebuah cinta sejati daripada kebanyakan orang normal. Bayangkan saja ketika orang gila menyukai seseorang, dia akan tetap setia menunggu sekalipun tidak ada harapan, tertawa sekalipun di marahi, tetap sabar sekalipun dia selalu di katain gila. Orang gila akan tetap “Moving Forward” dengan sebuah visi, yaitu; mencari orang-orang yang menghancurkan cinta di negara ini, titik!!

Kita sering mendengar Cinta kopi darat, sering terjadi bagi orang-orang yang suka ngopi sambil mendarat, berhubung pendaratan membutuhkan landasan, maka chatting merupakan salah satu pilihan untuk menemukan landasan itu. Biasanya habis chatting kemudian memutuskan untuk ketemuan. Anda tinggal bertanya dia pakai baju warna apa, nomor hp-nya berapa dan menentukan lokalisasi strategis untuk pertemuan. Biasanya kita cukup mengamati sang target dari jauh, klo ternyata target sesuai dengan selera tinggal berlanjut di hotel melati, tapi klo tidak, anda tinggal pulang dan chatting lagi buat cari landasan yang lebih mulus. Pernah suatu kali teman saya meninggalkan sang “kopi” di sebuah mall, tinggal matikan Handphone kasus selesai.

Cinta Kabel, cinta yang tumbuh hanya melalui kabel telepon tanpa pernah bertemu. Setiap jam sebelas malam waktunya buat penganut cinta ini  naik genteng untuk sekedar gombal-gombalan lewat telpon.  Ngakunya sih sudah punya pacar, sekalipun belom pernah ketemu. Ga heran sering sekali ketika ketemuan lebih seringnya saling merasa kecewa satu sama lain, bodynya ternyata tidak se-seksi suaranya atau objek yang terlihat selama ini hanyalah bagian-bagian diri mereka yang menonjol. akibatnya Orang yang dipuja-puja selama ini lewat telpon ternyata kandas di depan matanya.

Saya tahu seseorang juga yang saling mengenal lewat internet. Si wanita masih berumur sekitar 25 tahun dan si pria berumur sekitar 60 tahun. Singkat cerita merekapun memutuskan untuk bertemu setelah cukup lama saling chattingan. Kebetulan sang pria adalah bule. Hari kedua setelah pertemuan, merekapun memutuskan untuk menikah. Setelah seminggu kebersamaan mereka, si bulepun pulang ke negaranya. Nah si wanita bercerita degan maksud untuk tetap menyembunyikan kekeramat-an kelaminnya, kalau dia ternyata blom di apa-apain sama si bule itu, padahal jalannya aja sudah ngangkang,  seolah-olah ada sebuah “pisang Bule” yang memisahkan antara paha kanan atas, dan paha kiri atas. Hahahahha, bagaimana mungkin blom di apa-apain neng, klo mau boong singkirkan pisang di slangkangan dulu dong!!!

Cinta pada pandangan pertama. Wah cinta yang ini yang sering buat saya bingung, bagaimana mungkin orang bisa saling mencintai hanya pada pandangan pertama? Came on…..!! saya heran bagian mananya yang terlihat sehingga bisa membuat mereka saling mencintai pada pandangan pertama?  Tapi nyatanya hal ini banyak terjadi di sekeliling kita. Betapa bersyukurnya orang yang bisa langsung mencintai hanya dengan melihat sekali….Ruarrrr Biasa!!
Cinta dari persahabatan sepertinya lebih cocok buat saya. Rasanya senang kalau rasa cinta itu akhirnya bertumbuh dari akar persahabatan.  So sweet

Cinta hanya sebatas doa, bagian yang ini sering terjadi khususnya bagi mereka jemaat yang selalu tepuk-tepuk tangan. Bagian cinta yang ini persyaratannya sungguh sangat rumit. Sebelum anda mengungkapkan harus berdoa dulu beberapa tahun, pake acara permisi pula sama pembimbing, blom lagi klo pembimbingnya ternyata tidak setuju, atau ternyata saingan, ga heran banyak orang tidak jadi saling mencintai hanya karna tidak ada approval dari pembimbing!! Ah pokoknya aturannya banyak yang tidak masuk akal, mending deh Cinta satu malam ala Freddy S.

Saling jatuh cinta tapi belum tentu semua orang berani mengungkapkan. Seharusnya kalau berani jatuh cinta, berani juga mengungkapkan. Teman saya yang cewe langsung aja nembak tuh cowo setelah hilang kesabarannya menunggu. “lu suka gw kan?” Ayoo…… ngaku lu klo suka gue!!, Alhasil mereka jadian dan nikah trus punya anak super cantik lagi.
Seharusnya memang begitu, semua memiliki hak yang sama untuk mengungkapkan cintanya, yah klo suka langsung nyatain ga perduli yang nyatain cowo duluan atau cewe duluan..sama-sama suka langsung bungkus!!

Cinta itu ibarat kupu-kupu, makin kau kejar, semakin ia menghindar, biarkan saja dia terbang, maka ia akan menghampirimu pada saat yang tak terduga. Berikanlah cinta istimewamu hanya bagi seseorang yang memang benar-benar layak menerimanya.
Hal terkejam yang biasa di lakukan adalah, membuat seseorang jatuh cinta padahal kau tidak pernah berniat sama sekali untuk menerimanya saat ia terjatuh.

Buat anda yang patah hati, tantangannya bukan bagaimana meraihnya kembali, melainkan apa yang bisa diambil sebagai pembelajaran dan mengambil hikmahnya. Cinta paling menyakitkan ketika seseorang yang anda cintai tidak pernah mengetahui perasaanmu terhadapnya. Jangan pernah menyia-nyiakan waktumu mencintai seseorang yang tidak layak kau cintai, biarkan saja dia pergi dari hidupmu!! 
Sebuah kebahagiaan yang tak terhingga buat saya, ketika melihat anda bisa tersenyum karna Cinta,,,senyumlah cinta,,,bercintalah….iyah,,,bercintalah,,,holoboloh holboloh!!

Jumat, 12 Agustus 2011

Mimpi Berdiri (Sebuah Puisi)


Apa jadinya hidup ini ketika aku sendiri
Merenung hati dan sibuk mencari apa yang diingini
Banyak mimpi yang sudah terasa basi
Tetapi hati ini tidak mau berhenti untuk bermimpi lagi


Dunia menawarkan hal yang berwarna-warni
Tetapi aku harus tetap memilih apa yang kucari
Cukup sudah hidup dalam mengasihani diri
Merajut mimpi lagi hanya itu yang terpatri


Masalah selalu datang silih berganti
Yang tidak pernah berhenti menghampiri
Namun kaki harus tetap berdiri
Tiada waktu untuk menyerah kini


Banyak hal yang sudah terlewati
Banyak hal yang akan terjadi
Terlalu banyak inspirasi yang bisa diteladani
Kenapa aku harus terus berdiam diri


Besok ketika aku bangun di pagi hari
Tidak akan sama lagi seperti yang selalu terjadi
Waktunya berjuang demi harga diri
Selain membuktikan kasih tulusku pada wanita yang kukasihi


Sudahlah, ini sudah menjelang pagi
Tidurlah sebelum datangnya matahari
Ingatlah saat ini sebagai pertanda diri
Bahwa engkau sudah mulai  bermimpi lagi

Coretan (bukan) Freedom Writer


Jam semi Rolex ku menunjukkan pukul 3 pagi, eh ternyata tak kusangka tak kuduga masih ada sosok seorang sahabat yang  mungkin belum tertidur lagi, hal ini terlihat dari balasan bbm-nya yang kukirimkan 4 jam yang lalu. Hatiku seperti melompat dari tempat yang seharusnya dikala melihat ada teman yang tiba-tiba bangun dari tidurnya, padahal biasanya sedetik setelah memejamkan mata aja dia sudah langsung tertidur. bukankah orang-orang dekil pasti terlalu senang melihat temannya yang gagal memejamkan mata (lagi)?  Kucoba untuk menelpon (setelah minta ijin tentunya) dengan maksud hati ingin ngemeng-ngemeng sambil datangnya sang tamu ngantuk yang sangat sombong itu. 

Awalnya kita bercerita tentang carut marutnya hidup ini, saling tertawa, saling mengejek, saling bercanda dan saling-salingan yang lain. Setelah curcol sekian lama berakhir dengan masalah yang entah siapa yang memulai, alhasil menambah tabungan masalahku yang sudah menggunung. Inilah akibat terlalu banyak ngobrol yang kurang penting di pagi hari yang ga penting juga. Akhirnya telpon itupun kututup pada jam 5 subuh dengan sebuah masalah yang belum terselesaikan. Aku yakin sepenuhnya kebanyakan masalah itu datang karna miskomunikasi. Karna menurut temannya teman saya yang sekarang menjadi teman saya, “90 persen masalah datang oleh karna miskomunikasi”. Aku berharap masalah ini juga termasuk salah satu di dalamnya, karna kalo tidak bisa gaswat negara ini. kehilangan satu  temen lagi setelah banyak temen yang lain menghilangkan diri tentu saja merupakan hal yang mengerikan. Aku ga pernah tau kapan lagi kita akan berbaikan,kapan luka kita akan pulih, kapan kita saling bisa menerima segala ketungiran kita, dalam hal ini hanya Tuhan dan tulang yang tau. Mudah mudahan Tuhan tidak hanya menjawab dengan berkata Teeeerseeerrahhhhhhhhhhhhh lo deh …………..!! what a bad day? dasar memang PENYESALAN selalu datang terlambat karna kalo datang duluan namanya PENDAFTARAN kata teman saya si gondrong.
Pelajaran pertama ;” jangan menelepon seseorang sampai jam 5 subuh, seharusnya jam 4 lewat 59 menit dan 59 detik telpon sudah harus ditutup, sehingga tamu miskomunikasi itu tidak perlu datang dengan segala kepura-puraannya”

Memang sudah seminggu yang lalu saya berencana untuk berangkat ke kota metro pada pagi ini juga, tetapi oleh karena kurang tidur saya berencana untuk berangkat sore harinya. Kucoba untuk menghubungi travel yang sudah sukses itu, di seberang sana terdengar jawaban kalau travel untuk sore hari sudah full booking, jadi mau tidak mau  karna tidak ada pilihan lain saya harus berangkat di siang harinya. Akhirnya rencana istrahatpun pupus sudah, karna waktu saya menelpon travelnya sudah jam setengah 11 pagi. Sayapun harus buru-buru berangkat dengan mandi seadanya, packing seadanya, tanpa sarapan dan boker (bukan sarapan boker-red). This is My second bad day!!
Pelajaran kedua; kebalikan dari pelajaran pertama, telponlah mereka pada pagi hari, karna kalau menelpon di siang hari maka anda hanya akan mendapatkan kata “maaf” di seberang sana.

Akhirnya akupun tetap berangkat ke kota Metro yang menurut ahli ukur yang tertolak itu jarak kota ini hanya se-meter dari neraka. Sesampainya disana aku bertemu dengan dua orang sahabat lamaku yang sedang menunggu dengan harap harap lemas.
Sahabat pertamaku yang penyuka “Barang Interlokal”  ini memelukku disertai sebuah belaian ketika kami bertemu, sebenarnya aku heran akan sahabat yang satu ini, sering bertanya-tanya dalam hati “kenapa dia begitu mendambakan barang interlokal?, apa bedanya barang lokal sama barang interlokal? Bukankah dua-duanya barang original tanpa pengawet?” tapi entahlah, mungkin dia  seorang penganut “SIZE DOES MATTER ”. hal ini mengingatkan aku akan cerita temen-temen masa kecilku dulu yang ternyata menurut pengakuan mereka (mungkin mereka juga banyak menonton “size” di film-film METINE di bioskop yang berharga seribu lima ratus rupiah sekali masuk itu) bahwa Ras yang satu ini merupakan “SIZE” yang paling unggul dari semua Size yang pernah diciptakan didunia ini. Wooww…… aku berharap semoga masih ada seorang pengrajin di ujung timur sana yang mampu menciptakan “Penutup” di atas ukuran kepala suku, karna saya yakin seratus satu persen kita tidak akan pernah menemukannya bahkan di semua etalase toko di negara ini. sering aku mencoba untuk meluruskan paradigmanya yang salah, karna survey membuktikan bahkan dari barang lokal yang kecil inipun bisa menghasilkan produk lokal yang sebesar interlokal, hal ini bisa kita lihat dari tampilan luar sahabatku ini.
Pelajaran ketiga; jangan berpikir barang interlokal lebih baik tanpa pernah mencoba barang lokal yang sensitif.

Sahabat keduaku ini tidak kalah magic dari nasi goreng pak Susno is magic yang di dambakan para kaum borjuis itu. Mencontohkan dia ke sebuah makanan adalah hal yang paling masuk akal. Karna buat dia semua makanan enak sekalipun itu produk gagal.  Dia seorang penikmat makanan yang belum tentu nikmat.  Ah…..sudah cukup lama tidak bertemu dia, kuharap Masakan Soup andalan bumbu khas nenek moyang itu masih terjaga kwalitasnya, seingat saya selama lebih dari 4 tahun dia selalu masak masakan yang sama. sialnya masakan yang kuimpikan itu tidak kunjung kunikmati setelah 4 hari menunggu, gak tau dia pura-pura lupa atau mungkin dia akan kirimkan lewat DHL sesampainya aku di Bandung…who knows?
Pelajaran keempat; kenikmatan sebuah makanan ditentukan oleh penikmat itu sendiri dan jangan lupa menheningkan cipta pada nenek moyang kita untuk setiap bumbu yang telah mereka ciptakan.

Sore harinya setelah pulang dari pura-pura kerja 3 orang sahabat kami yang lainpun bergabung....mereka bertiga punya ciri khas masing-masing dan dipersatukan oleh 2 hal, sama-sama suka tertawa, dan sama-sama suka ketungiran. Sebenarnya kalo di lihat dari sisi kwantitas pertemuan ga lebih dari 6 kali sejauh ini bertemu dengan mereka,  Tapi rasanya memang sudah seperti saudara ajah, sepertinya ajakan yang keluar dari mulut mereka bukan hanya sekedar basa-basi layaknya kebanyakan orang,  senyum mereka yang selalu lepas landas, batuk mereka yang bunyinya seperti batuk sejarawan, dan duit mereka yang hanya dua warna, yaitu biru dan kemerah-merahan. Kamipun bercerita tentang banyak hal, walaupun sahabatku yang penyuka makanan itu yang lebih banyak bercerita  tentu saja sambil ga lupa membetulkan posisi kacamatanya yang entah kenapa setiap 2 menit selalu berubah posisi. Dari setiap sahabatku memiliki cerita masing-masing sebagai kata sambutan, tapi jujur saya hanya mengingat salah satu darinya.
Ceritanya kira-kira seperti ini;

..”ketika seorang batak bernama Pahotan berpacaran dengan seorang cewe jawa bernama Surti. kebiasaan dari dua suku ketika berpacaran sering terjadi kesalahpahaman oleh karna faktor bahasa dan budaya. Ketika sedang asyik berpacaran di atas motor si surti menegur Pahotan yang mengemudi terlalu kenceng;
Surti: “Mas ojo(jangan) ke susu (buru-buru)”
“karena Pahotan seorang jemaat gereja yang senang tepuk tangan dan selalu melompat tanpa alasan adalah orang yang tidak suka mengambil keuntungan dari situasi yang terjepit dia pun dengan sopan duduk sedikit maju ke depan tanpa menurunkan kecepatan motor”
Surti; “Maasssss……ojo kesusu”
“untuk kali kedua Pahotan tetep duduk lebih maju kedepan” dengan kecepatan yang tetep sama
Surti; “ (suara Surti yang makin Kenceng) “Massssssss Tungir Ojo kesusu”
Pahotan ; Bah panjang kalilah susu kau Surtiiiii……….!!!!
(translate; ai ganjang hian ma susu mi Surti, na di takko ho do susu ni halak baru di sambung ho tu susu mi?”

Huahuahahhahahahhahahahhah (ngakak sambil  guling-guling)…..lucu kalipun……….!!!!

Setelah puas saling berkangen ria tanpa cumbuan kamipun memutuskan untuk makan malam berempat (karna kedua tungir yang lain memutuskan untuk memisahkan diri dari rombongan), kamipun memutuskan untuk makan malam di tempat yang berbeda yang jauh lebih murah, karna ternyata uang yang tadinya berwarna biru dan kemerah-merahan telah berubah warna diatas jam 9 malam menjadi warna kuning kekabur-kaburan. Saya masih ingat kata perpisahan terakhir yang keluar dari mulut seorang sahabatku kepada sahabatku yang lain: “AWAS LECET” (sambil berusaha melindungi sahabatku yang memang kulitnya belum ada yang lecet). Wah senang rasanya bisa bertemu kalian semua, berharap ini hanya salah satu momen dari sekian momen yang akan datang. Sejenak pertemuan ini seperti menghilangkan setiap beban yang ada dipikiranku. Senyum lebarku yang telah lama hilang perlahan-lahan muncul kembali, kemana aja dia selama ini?

Pelajaran kelima; “berikanlah kepada si Surti apa yang menjadi milik si Surti, dan berikanlah kepada si Pahotan apa yang menjadi milik si Pahotan

Begitulah hari-hari pertamaku di kota Metro itu, sisa tiga harinya lagi merupakan hari yang tidak kalah seru dibandingkan hari pertama, bedanya hari pertama berawal dari hari yang buruk dan berakhir bahagia sedangkan ketiga hari setelahnya berawal dari senyum, dan diakhiri dengan capek deh.  Ternyata aku semakin mengerti bahkan di kota yang paling kubenci di dunia sekalipun masih ada senyum dan tawa.
Besok ketika saya kembali ke bandung mudah-mudahan senyum itu tetap mengembang dan tidak lekang oleh jaman.  (Holo boloh..kata si tungir yang lagi )

Pelajaran terakhir; tidurlah aku bah udah pagi ternyata….ojo kesusu mas!!

Bahkan Wonder Woman-pun..........Lewattttt!!!!!!!


Tersentuh dari sebuah pesan yang dikirim seorang teman via Blackberry messenger.

“ konon di jepang pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan, mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya. Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si ibu telah lumpuh dan mulai pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya tersebut. Si ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya dan mematahkannya kemudian menaburkannya sepanjang jalan yang mereka lalui.
Sesampai di hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karna dia juga tidak menyangka sanggup melakukan perbuatan ini. Justru si ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata “ anakku, aku sangat menyayangimu. Dari kecil kau sampai dewasa aku selalu merawatmu dengan sengenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak sedikitpun berkurang. Tadi aku sudah menandai sepanjang jalan yang kita lewati dengan ranting-ranting kayu. Aku takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah.”
Si anak menangis dengan sangat keras kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si ibu pulang kerumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat ibu yang sangat mengasihinya tersebut sampai si ibu meninggal.

Pengalaman saya selama menjadi seorang anak;

Ibu, Orang yang menghabiskan waktu 9 kali waktu persalinan, 81 bulan mengandung, 27 bulan menyusui, 18 tahun menggendong, dan seumur hidupnya mengasihi saya,

Ibu, Selalu menyanyangiku lebih dari siapapun, walaupun saya anak bungsu dari sembilan bersaudara, dia tidak pernah bosan punya anak se-lucu saya. (kampung kami dingin dan ga ada lampu coy, jd pulang kerja ga mungkin main catur, iya kan kawanku?),

Ibu, Selalu mencukupi kebutuhanku, walaupun aku tau pasti tidak mungkin dengan penghasilan 130 ribu sebulan cukup untuk membiayai kami sekeluarga..(catatan: waktu saya masuk SD, yang paling sulung sudah kuliah),

Ibu, Tidak pernah bangun lewat dari jam empat subuh, karna selalu mencari tambahan demi kelangsungan hidup,

Ibu, Selalu mendengarkan keluh kesah anak-anaknya sekalipun cerita kita bagi orang awam sungguh sangat membosankan,

Ibu, Orang yang selalu berusaha mengajari saya baca-tulis sekalipun ibu saya hanya sebatas “icip-icip” di dunia pendidikan,

Ibu, Orang pertama yang akan selalu membukakan pintu dengan penantian sukacita, sekalipun saya pulang pada jam-jam yang tidak wajar,

Ibu, Orang yang akan selalu memakan bagian terburuk dari makanan, karna bagian terbaiknya akan dia persembahkan bagi anak-anaknya,

Ibu, orang selalu memandang kita sebagai anaknya sekalipun kadang kita bertindak menyerupai iblis bertanduk tujuh,

Ibu, Orang yang tidak akan pernah menangis di depan kita, sekalipun dia mengalami hal yang paling hina di dunia ini,

Ibu, orang yang akan selalu memberikan solusi hidup yang tidak pernah saya bayangkan, berpikir 5 tahun ke depan dan bertindak untuk 50 tahun ke depan,

Ibu, kasihmu tidak akan pernah mampu kulukiskan dengan kata-kata…..!!!!!!!

Jadi layakkah kita “membuang” ibu setelah semua hal yang telah di lakukannya buat kita????????


Sekarang sudah waktunya buat saya untuk melakukan sesuatu yang terbaik untuk ibu tercinta, yang sebenarnya saya tau bahwa apapun yang saya lakukan tidak akan pernah sanggup untuk membalas kebaikannya, tp paling tidak suatu hari nanti ketika dia tiada saya tidak menyesalinya karna do nothing, buat anda juga mungkin ini saat yang tepat untuk melakukan “sesuatu” bagi ibu anda, yang paling tidak, bisa membuat hidupnya sedikit tersenyum karna anda,  saya jamin klo anda tidak demikian, saya  menjadi orang pertama yang akan “mas-seket itu-mu”.

Jadi buat saya tidak ada seorang ibu didunia ini yang lebih hebat daripada ibu saya walaupun ibu anda mungkin bisa berjalan sambil menutup mata dari Medan-Jakarta, bisa salto sampai seratus kali, push-up dengan satu tangan, bisa menangkap 10 buah durian yang jatuh dari pohonnya dengan tangan kosong, atau bisa berdoa Bapa kami secara terbalik, itu semua sama sekali tidak akan mempengaruhi pandangan saya. Saya akan selalu berkata: -bahwa ibu saya jauh lebih hebat dari siapapun di dunia ini titik, bahkan Wonder Womanpun,………..lewat!!!!