Selasa, 10 Januari 2012

Bapaku adalah Pahlawanku

Dedicated to  my truly hero Daddy for he is the best ever---Pak Manik
Bapaku adalah pahlawanku adalah sebuah judul yang terinspirasi dari acara ditelevisi. Pada suatu hari minggu malam sehabis lupa ke gereja, saya menonton sebuah acara stasiun televisi swasta yang ada golden ways-nya, acara yang dibawakan oleh sahabat  yang bagian depan kepalanya botak beraturan. Sejujurnya saya sangat kagum dengan cara sibotak ini dalam memotivasi, memberikan pencerahan bagi para penontonnya. saya terkesima melihat bagaimana dia bisa menjawab setiap pertanyaan orang dengan sangat memuaskan. Buat saya, dia seperti seorang sosok yang hanya punya buku berjudul Amsal. Ga salah lagi nama bapaknya pasti si Amsal Teguh. kata-katanya itu loh, benar-benar mampu membius jutaan pemirsa yang menontonnya, saya yakin semua kalangan akan menerima dengan anggukan setuju sebagian besar kata-katanya yang bijak itu. memang tidak percuma kau botak kawan!!

Hal yang membuat bulu ketek berdiri ketika dalam acara tersebut saya melihat seorang cewe (tentu saja bukan karna cewe itu cantik dan memandang saya) meminta sebuah nasehat dari si botak. sambil menangis, cewe tersebut bercerita bahwa betapa dia ingin sekali melakukan banyak hal dalam hidupnya, tetapi ketika mencoba maju selangkah saja, tiba-tiba bisikan ditelinganya selalu muncul kata-kata yang selalu meragukan kemampuannya, meragukan kalau nantinya dia akan berhasil. Suara keraguan yang sering muncul akibat trauma masa kecilnya. Orang-orang disekelilingnya selalu meragukan dia, bahkan hal yang paling membuat hati miris adalah kata-kata meragukan itu muncul dari orang-orang yang paling dekat dengannya, orang yang selalu makan, tidur, mandi, nonton, boker di tandas yang sama, orang yang seharusnya paling mempercayai dia, yaitu orang tuanya sendiri.

Ternyata banyak orang tua tidak menyadari betapa kata-kata  yang keluar dari mulut mereka  kepada anak-anak akan berdampak besar terhadap pertumbuhan karakter si anak nantinya.  Saran saya buat orang tua dan mereka yang akan menjadi orang tua nantinya, “Ketika anda tidak bisa menjadi pahlawan bagi anak-anakmu, paling tidak jangan mematahkan semangat mereka.”

Atas dasar ini, saya ingin menunjukkan kepada dunia melalui tulisan, bahwa bapakku adalah pahlawanku. Bagiku, dia adalah pahlawan yang lebih hebat dari siapapun. mudah-mudahan dunia belum buta aksara, sehingga mereka tidak menutup mata akan kepahlawanan bapakku. Pedangnya memang tidak setajam pedang Pattimura, tidak berjenggot seperti Imam Bonjol, tapi bagaimanapun dia lebih daripada hanya sebuah pedang dan jenggot.

Bapakku kecil, lahir dan beranjak dewasa di kampung yang sama kami tinggali sekarang. Sesuai dengan pengakuannya, dia lahir dari keluarga yang cukup berada pada jaman itu. Sehingga masa kecil dan dewasa, dia habiskan dengan banyak kesenangan. Bahkan menurut gosip yang beredar, bapakku adalah orang yang pertama kali punya mobil di seantero kota turis parapat sekitar tahun 60-an. Cuma sayangnya masa kecilnya yang kaya tidak berlanjut ketika sudah berkeluarga. kami hanya hidup dalam mendekati kata cukup. sarapan singkong dan makan ikan asin rasanya sudah lebih dari cukup, yang penting perut kenyang. apalagi kami punya kebiasaan selalu makan bersama sebagai sebuah keluarga, jadi tentu saja menambah kenikmatan singkong dan ikan asin tersebut melebihi rasa lasagna dan cheese cake.

Sayangnya hidup mewah bapaku ketika muda tidak berlanjut ketika sudah menikah dengan ibuku. realitanya, barang-barang yang dimiliki ibu semasa muda, yang ditabung dengan keringat sejak umur belasan tahun seperti emas dan harta pusaka lainnya, habis terjual oleh bapa yang sudah terbiasa hidup mewah. Bahkan beberapa ekor kerbau kami yang biasa digunakan untuk membajak sawah, diam-diam juga telah dijual oleh bapaku akibat kalah dalam sebuah permainan sekotak kartu Remi, kartu yang ternyata banyak menghancurkan bapa-bapa yang lain juga.

Bukan hanya itu, hasil panen kami yang hanya sekali setahun itu diam-diam juga telah digadaikan oleh bapaku kepada orang lain ketika bahkan musim panen belum tiba. alhasil ketika musim panen tiba, kami tidak bisa menikmati sedikitpun hasilnya. Bisa anda bayangkan bagaimana perasaan ibuku yang sudah bekerja dengan kerasnya disawah sepanjang tahun, yang selalu bangun tidak pernah lewat jam 4 subuh dan pulang kerumah jam 7 malam setiap harinya harus menerima keadaan bekerja mati-matian selama setahun tanpa hasil. Bisa anda bayangkan pula  bagaimana perjuangan ibuku untuk menghidupi kami anaknya yang sembilan orang selama setahun kedepan, belum lagi kebutuhan untuk pendidikan dan sandang-papan lainnya. Bahkan hal inipun tidak membuat ibuku mengurungkan fungsinya untuk sebagai ibu rumah tangga, dan suaminya (bapaku) sebagai bapa yang selalu menjadi kepala fan pemimpin rumah tangga, no matter what..

Apakah anda pikir dengan segala kelakuan bapa yang seperti itu akan mengurangi nilainya sebagai seorang bapa dimataku? Tidak, dia tetap seorang bapa yang sempurna bagi kami. Sedikit kesalahannya tidak akan pernah sanggup menghapus jutaan kebaikan yang telah dia lakukan bagi kami anaknya. Suatu kehormatan bagiku punya bapa yang punya segala figur yang aku butuhkan untuk bertumbuh sebagai seorang anak.

Bapa adalah sosok yang cukup royal, tidak pernah saya lihat bapa saya duduk di warung tanpa bermurah hati membayari orang lain. dia seorang bapa yang disenangi setiap orang dari berbagai kalangan, bapa yang tidak sanggup melihat orang lain kesusahan, dia akan dengan senang hati membantu.

Tidak heran,bahwa bapaku punya lingkaran persahabatan yang cukup luas, pergaulan dia tidak hanya terbatas disekeliling kampung kami. teman-teman se-permainannya semasa kecil,  hampir semua sangat berhasil dalam hidupnya. hal yang membuat saya kagum ketika teman-temannya yang kaya itu masih sering berkunjung ke gubuk kami, saya senang melihat mereka bercakap-cakap dengan sangat dekatnya, bercerita tentang masa-masa muda mereka jaman dulu. hal yang membuat saya makin bangga adalah ketika bapa saya tidak merasa rendah diri, mereka berbicara tanpa ada jarak, dia tetap bangga dengan apa yang dia miliki saat ini.  bapaku sudah jauh lebih mengerti daripada aku arti kata “kekayaan” yang sesungguhnya (karna kami ga punya harta, jadi mau ga mau paradigma tentang kekayaan itu harus berubah dari kekayaan harta ke kekayaan lainnya..LOL).

Sebatas itukah saya mengaguminya? Tidak. saya anak yang paling bungsu dari sembilan bersaudara, jadi saya sangat beruntung. sebagai anak yang selain dimanja, juga selalu dapat bagian untuk diajak jalan-jalan.  Dan saya paling senang bagian jalan ini, karna saya tahu sekali bahwa bapa akan membawa saya menikmati makanan yang rasanya enak sekali. Saya heran bagaimana mungkin bapa saya mengetahui tempat makan yang enak gila seperti ini?  Darimana dia tahu tempat-tempat makan seperti ini? Jujur setiap kali diajak makan oleh bapa, belum sekalipun saya menemukan makanan yang tidak enak, semuanya terasa enak banget dan serasa baru di lidah, belum pernah saya menikmati makanan yang selezat ini. Sepertinya bapa saya tahu banget setiap tempat makanan lezat di sudut manapun didunia ini. Hal yang selalu membuatku geleng-geleng kepala.

Tidak sampai disitu, saya juga sering bertemu dengan orang-orang penting, makan bareng dengan orang yang ternyata pemilik hotel paling mewah di kampung kami, bertemu dengan orang-orang berpangkat, petinggi-petinggi di beberapa perusahaan, dan bahkan orang terkaya di sumatra pada saat itu adalah teman dekat bapaku. Saya sangat bangga ketika orang-orang seperti mereka juga tetap mengangumi sosok bapaku. Bapaku memang hebat.

Semasa kecil saya pernah bercita-cita menjadi seorang tentara, hanya karena saya sering dikasih uang kertas seratus rupiah beberapa lembar oleh seorang tentara berpangkat tinggi sahabat bapaku. Sukacita saya akan sangat bertambah ketika bertemu tentara ini, selain karna uangnya yang selalu baru (uangnya bisa dipakai untuk memotong pepaya karena saking barunya itu uang), dia juga selalu memperlakukan saya seperti anak kandungnya yang seolah-olah akan dijodohkan kepada anaknya bernama Cindy Noviyanti, menggendong saya, mengajak jalan-jalan, dan tertawa bersama. Jadi kalau anak kecil yang lain masih sibuk maen kelereng dan maen tanah, masa kecilku bermain dengan tentara berpangkat tinggi, pengusaha-pengusaha kaya, dan petinggi-petinggi perusahaan. Jelas menunjukkan kelas yang berbeda dengan anak-anak ingusan yang lain,  Semua itu hanya  karena figur yang dibangun oleh bapaku.

Tidak akan pernah sekalipun saya dibiarkan bapa  kekurangan duit, saya punya duit paling banyak dari anak-anak seusia saya. Ketika hari sabtu siang saya hanya duduk dirumah, bapa akan dengan senang hati memberikan duit kepadaku untuk bisa jalan-jalan bahkan sampai menonton bioskop.

Ketika kami sedang diladang atau disawah, bapa sering sekali memberikan kejutan-kejutan kecil. dia selalu datang tiba-tiba dengan membawa makanan yang enak. Tentu saja setiap kedatangan bapa akan membuat senyum kami mengembang dan rasa lelah seharian diladang berubah menjadi sukacita. Dia memang bukan seorang bapa yang akan turut serta bekerja diladang, tapi dia bapa yang tahu untuk memberikan pelayanan terbaik pada anak-anaknya, mengembalikan jerih mereka. Kami selalu bangga akan dia.

Saya sangat menyayangi bapaku. Suatu ketika bapaku yang sudah tua pernah pulang kerumah dengan air mata akibat dipukul oleh salah satu orang dikampung kami tanpa alasan yang jelas. Saya yang masih anak smp ketika itu sontak tersulut emosi. Yang saya lakukan adalah diam-diam pergi untuk mengajak duel bapak tersebut, padahal sebenarnya jelas tidak imbanglah, anak kelas satu smp melawan seorang bapak berotot umur 30 tahunan. Untung aja si Bodat itu tidak bersedia melawan, kalo ga bisa jadi kalah telak aku.

Masalah ini masih saja menggangguku  sampai beranjak SMA, ketika itu saya yang sudah jago berantam dan cukup punya nyali, bertemu dengan bapak itu. dengan penuh emosi saya mencoba untuk memukulnya. dia mengaku salah dan minta maaf saat itu juga dan akupun mendapatkan kata yang kutungu-tunggu.  Jadi hal yang membuat aku semakin kagum sama bapaku adalah ketika dia tidak menaruh dendam kepada orang tersebut, disaat kesempatan untuk membumihanguskan si bodat itu cukup besar, dan bapaku memilih untuk memaafkan. Bapaku tea atuh!!

Saya juga masih teringat ketika bapaku memutuskan untuk menyekolahkan anak-anaknya kebangku kuliah, diragukan oleh orang-orang disekitarnya akan kemampuan membiayai kuliah. Hal ini tidaklah mengurungkan niatnya. Ketika abang-abangku diberangkatkan, banyak orang yang mencibir dengan berkata “what the hell are he doing?”. Masuk akal sih sebenarnya orang mencibir, sebab, hanya dengan gaji 70 ribu mustahil rasanya untuk membiayai kuliah dan memberi makan sembilan orang anak. Tapi dasar bapaku, dengan rasa tanggung jawabnya yang besar, dia berhasil menjawab keraguan orang. Sekali lagi saya sangat mengagumi sosoknya sebagai bapa yang selalu melakukan manuver yang tidak terduga.

Tidak pernah sekalipun bapaku ringan tangan kepada anak-anaknya seperti dilakukan oleh kebanyakan bapa disuku kami. dia orang yang sangat mengasihi semua anaknya, mendengarkan setiap keluh kesah anaknya, memberikan rasa percaya diri, memotivasi, mengayomi, bapa yang tidak pernah sedikitpun meragukan anaknya, dia bapa yang tidak memberikan jarak kepada anak-anaknya. Dengan senang hati kami sering bercerita dengan bapa kami, begitu tenang dan nyaman rasanya bercerita kepada beliau, karna bagi kami semua dia adalah seorang pahlawan.
dia juga sebagai orang yang bisa diandalkan dalam berbagai kegiatan adat dikampung kami. dia sebagai mediator ulung, raja parhata yang didengar setiap orang,  generasi muda yang tertarik adat banyak yang belajar darinya.

Diakhir hidupnya sayalah salah satu orang dari kami berempat (mama, kakak, namboru) yang melihatnya menutup mata dengan sangat damai sekali. Ketika itu saya yang sudah sekolah dikota Siantar. tumben saat itu selama sebulan saya tidak pulang kampung,yang biasanya selalu rutin pulang sekali seminggu. Ketika sampai dirumah sekitar jam 5 sore, terdengar suara bapa saya yang lemah memanggilku untuk datang kekamarnya. Setelah memeluk saya dengan hangat, diapun meminta saya untuk berdoa baginya, dia berkata dengan suaranya yang lemah bahwa dia sangat bangga punya anak seperti saya (tentu saja saya juga sangat bangga punya bapa melebihi seorang pahlawan). Ternyata dalam masa sebulan saya tidak pulang kampung, selama itu juga bapa sedang jatuh sakit, sengaja tidak diberitahukan kekami anak-anaknya dengan alasan dia tidak mau melihat hati anak-anaknya sedih. betapa mulianya hati bapaku.

Sekitar jam 7 malam hari itu juga, saya melihat bapaku menutup mata untuk yang terakhir kalinya, dia pergi meninggalkan kami untuk selamanya. Sekalipun meninggalkan sedih yang mendalam bagi kami sekeluarga, kami bahagia melihat dia dipanggil oleh Tuhan, karna selama beberapa tahun terakhir semasa hidupnya,  bapa saya tidaklah dalam kondisi kesehatan yang baik. Saya pikir Ini adalah cara terbaik Tuhan untuk mengakhiri penderitaan bapaku didunia ini.

Akhir dari kesedihan kami adalah ketika pintu petinya ditutup dan dipaku, itulah saat dimana hatiku menjerit,terakhir kali aku melihat wajahnya, terakhir kali aku mengecup pipinya, terakhir kali aku melihat seorang pahlawan paling besar yang meninggalkan dunia. Saya melihat sebanyak orang yang melayat menitikkan air mata. seperti memberi tanda bagiku, bahwa bagi mereka juga bapaku merupakan seorang pahlawan, dan saya pastikan bahwa mereka memiliki kenangan indah akan bapaku.

Bapaku telah menggoreskan sejarahnya didunia ini, sejarah yang membantu kami untuk menjalani hidup kami. dia pahlawan paling besar dan berpengaruh bagiku, dia pahlawan bagi kami semua anak-anaknya, dia pahlawan bagi semua cucunya, dia pahlawan bagi saudara-saudara kami, dia pahlawan bagi semua orang yang mengenalnya, sekalipun dia telah pergi, dia tidak akan pernah dilupakan. Kepahlawanannya akan diperbincangkan banyak orang. Kami sekeluarga selalu merindukannya, hal ini terlihat ketika kami sekeluarga berkumpul di hari natal dan tahun baru, masih sering membicarakannya, mengingat hal-hal luar biasa yang dia lakukan buat kami.
Bapaku memang seorang pahlawan besar dan hebat!!!

Kalau bapaku bisa menjadi pahlawan besar, kenapa bapamu tidak bisa? Setiap bapa harus bisa menjadi pahlawan bagi anak-anaknya, bapa kita mungkin tidak selalu bertindak benar, tapi ketahuilah bahwa semuanya itu hanya untuk kebaikan kita semua. Hai bapa-bapa jadilah pahlawan bagi anak-anakmu, dan anak-anak, hormatilah bapamu dan jadikan mereka pahlawan-mu.

Trimakasih Tuhan buat pahlawan yang engkau kirimkan buat kami. selamat jalan Dad, selamat jalan Pahlawanku. Sekalipun engkau telah tiada, engkau tetap hidup dalam hati kami.