Selasa, 28 Agustus 2012

Java Road Trip


RM Pujasega, Garut


Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga untuk liburan senang tenang bareng teman-teman seperjuangan semasa di Aceh dulu. Setelah ada yang capek bekerja, capek ngurus usaha,juga ada yang capek jual CV buat penawaran tertinggi. Liburan sepertinya merupakan  opsi yang paling masuk akal untuk mengembalikan semangat juang setelah sepanjang tahun ini pikiran dan tubuh sudah bekerja maksimal, jadi tidak ada salahnya memberikan bonus  relaksasi buat si tubuh. 





Inilah namanya berkah dari sebuah perbedaan, mereka yang lebaran, kami bisa liburan. jadi jelas terlihat ada simbiose mutualisme, percayalah kawan bahwa dunia tidak akan pernah indah jika hanya terdiri dari warna kuning telor dan satu jenis kelamin.  heran aja di jaman sekarang ternyata masih ada mahluk  yang tidak bisa menghargaiperbedaan bahkan rela mengkhianati hasil karya (baca ;lagunya) sendiri demi menentang mereka yang berbeda dengan dirinya!

Kami berangkat dari Gerobak Pasir Carwash yg recomended itu. berangkat berempat yang terdiri dari mas-mas sing ganteng dan simboke sing cantik-cantik pisan. Destinasi awal ke Garut kota yang terkenal dengan dodol Garut-nya, keindahan alam yang ruar biasa bagus, berbagai macam kuliner, hawa yang dingin,  dan tentu saja pusat kerajinan kulit yang sudah mendunia itu. Sesampainya disana berkat bantuan GPS kami langsung menuju Sukaregang Leather craft center. Kami mengunjungi toko sepanjang jalan tersebut untuk melihat hasil karya anak bangsa, hasilnya? Kami sangat antusias dengan Karya-karyanya yang sungguh bagus dan potensial untuk dijajakan, hanya perlu sedikit peningkatan desain yang lebih kreatif  supayanya bisa bersaing dengan produk kulit brand terkenal. Berbagai inspirasi muncul dari kunjungan ini, salah satunya peluang bisnis yang memang menjadi millennium development goal kami. ide-ide usaha tersebut muncul begitu saja di lokalisasi Sukaregang, yah untung-untung tipislah.

Setelah bosan berkeliling perutpun terasa lapar, kami mencoba mencari makan di restoran Cibiuk, setelah menempuh perjalanan yang sebenarnya tidak begitu jauh tp muacet kami tiba di Cibiuk, kabar buruknya tidak ada lagi tempat yg tersedia karna semua meja telah di reservasi, maklum saat itu juga masih bulan puasa dan kami tiba disana tepat 15 menit sebelum bukaan. Kami putuskan untuk makan bebek goreng dipinggir jalan, walau makannya tidak sesuai ekspektasi tp lumayan demi menganjal perut  sebagai modal melewati malam yg dingin di kawasan cipanas ini.

Setelah makan malam kami memutuskan ke penginapan yang telah dipesan sebelumnya, harganya lumayan bagi kami yang berkantung tipis (isi dompet hanya terdiri dari ktp dan kartu keluarga). kami putuskan iseng-iseng untuk Tanya-tanya harga penginapan sembari menuju hotel yg sudah dipesan. Hotel pertama harganya tidak jauh beda dengan hotel sebelumnya dan kami memilih untuk bertanya ke salah satu penginapan lagi, alhasil setelah menemukan hotel yg lumayan bagus dan tawar menawar harga siapa tau masih bisa dinego karna memang kondisi penginapan sekitaran cipanas tersebut tergolong sepi,  hal ini dikarenakan menjelang lebaran dan orang sibuk dengan keluarga masing-masing.  Akhirnya kami menemukan harga yg jauh lebih murah dan kami putuskan untuk menginap dihotel tersebut untuk 3 malam, dan DP untuk booking ke hotel yangpertama dikembalikan 100 persen. Alhamdulilah,lumayanlah untung-untung tipis!!

Sebenarnya ke Garut merupakan kali keduaku seumur hidup setelah yg pertama terjadi sekitar 16 tahun yang lalu. Warga garut terkenal dengan ramah gilanya bo, beda banget dengan warga metro yang super egois dan gampang esmosi. Jadi di Garut aku seperti mengenang masa mudaku dulu ketika pertama kali menginjakkan kaki disini, banyak kenangan kebahagian yang tak terlupakan bersama dengan orang2 yang sangat special yang tentunya  bukan dengan seorang cewe jangkung berpaha putih(Jerapah) seperti yang anda bayangkan.

Hari-hari kami selama disana selalu berkunjung ke pusat kerajinan kulit tersebut, sebenarnya tidak direncanakan sih, tapi entah mengapa roh-roh perbisnisan sepertinya selalu mengarahkan kami untuk berkunjung kesana setiap hari, ini akibat permintaan barang akan kulit meningkat pesat diinbox hape kami.  Selain itu kami juga mengunjungi Ngamplangyang seingatku, dulunya memiliki pemandangan yang sangat indah dan hawa yang super sejuk, bahkan pernah juga merasakan bermain golf disana,tapi  ternyata kondisinya sudah jauh lebih buruk dibandingkan dengan 16 tahun lalu.

Kami juga berkunjung ke Sampireun, sebuah Penginapan dengan pemandangan ala kampung penuh romantisme, danau buatan yang indah,  plus kano/sampan yang lumayan mahal dan siap mengantar sarapan  pagi anda langsung didepan kamar. bener-bener takjub lihat pemandangan yang seperti ini, ga heran begitu banyak manusia (bukan tamu hotel)yang lalu lalang hanya untuk menikmati panoramanya, termasuk rombongan kami yang rendah hati ini. 
Agenda sebenarnya pengen lihat lokasi untuk foto pre-wed salah satu anggota rombongan.  keren banget sih, tapi sepertinya yang bersangkutan tidak punya cukup waktu. maklum saja,  dia bekerja dilembaga Korea yang terkenal dengan kerja keras dan minus income.Terlalu banyak hal yg perlu dipertimbangkan untuk pre-wed disampireun, oh well mungkin dia lebih baik cari opsi lain saja buat foto pre-wed-nya, di jalur busway misalnya!

Oh ya, selama di tempat ini kami tidur sekamar berempat tapi kekudusan tetap poin paling utama yang kami junjung tinggi seperti pesan kakak PA. Perang kentut tak terhindarkan lagi, apa boleh buat kesempatan seperti ini tidak datang 2 kali. Salah satu hal penting untuk mengisi kebersamaan ini adalah dengan perang kentut, aroma nomor dua,kebersamaan yang terutama. Hidup akan semakin indah jika baunyabener-bener tajam! Inilah namanya kebersamaan KaWe Premium.

Selama di Garut selalu berusaha menyelesaikan cita-cita negeri untuk menikmati Cibiuk. Kali ini kami datang jauh sebelum jam buka puasa, walaupun rasanya pas-pas an tapi suasana dan panorama restaurant tersebut cukup untuk menutupi rasa kecewa kami. Berat rasanya memang untuk meninggalkan kota Garut, karna jujur, bahkan ketika kita tidak melakukan apa-apa pun diGarut sudah cukup nikmat, apalagi jika melakukan apa-apa…..MengGaruk misalnya.

Suatu hari kami akan kembali sebelum si kawan mengikat janji, penting sekali untuk follow up bisnis yang untung-untung tipis itu. Kami benar-benar sangat menikmati kota dan kebersamaan kami ini.  
Terpujilah Nama-Nya untuk setiap keindahan yang dianugrahkan kepada kita..Mari melompat dan tepuk tangan sampai tangan kapalan!!

Kebumen, arti dari sebuah ketulusan


Setelah 3 hari menikmati kota Garut nan seksih, kami melanjutkan perjalanan menuju Kebumen, entah apa sebenarnya yang ditawarkan kota ini untuk kami nikmati nantinya, kami juga tidak tau, yang pasti kami tetap mau melangkahkan kaki untuk tinggal beberapa hari disana. salah satu tujuannya, kami pengen sekali bertemu dengan seorang sahabat yang sudah beberapa tahun tidak bertemu, yang kebetulan dia sedang tinggal di Kebumen, selain mencari job seekers yang bersedia ditempatkan di Jakarta.

Perjalanan dari Garut menuju Kebumen cukup lama, macet tak terkira. Belum lagi banyaknya sepeda motor yang lalu lalang tak tentu arah, mobil pribadi plat B yang katanya asal kota Metro  minim tata krama mengemudi sesuka hati nenek moyangnya saja, untung kami masih bisa menguasai diri setelah belajar cara menguasai diri ala Ajahn Bram melalui bukunya yang terkenal itu. Kemacetan saat itu hanya menimbulkan sedikit emosi, sisanya sukacita tanpa cukur bulu.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 9 jam, tibalah kami di Kebumen, Arahan dari sobat kami itulah  yang mempertemukan kami dengan dia yang sedang menunggu didepan tugu entah siapa itu. Kamipun menuju rumahnya yang terletak diatas bukit. Setelah tiba dirumahnya, cipika-cipiki dengan teman tersebut, kami agak sedikit terkejut akan penerimaan keluarganya atas kedatangan kami. Mereka bahkan masih setia menunggu kedatangan kami walau sudah tengah malam dan gelap gulita menyelimuti dunia saat itu. Kami ngolor-ngidul sebentar sambil menikmati lontong buatan teman yang memang hobby masak, masakannya enak tenan hanya beda tipis dengan master chef, bedanya master chef ada jurinya yg gayanya menjijikkan sok serius gitu, sedangkan yang ini ditemanin anggota keluarga yang senyum-senyum simpul.

Kebumen saat itu benar-benar dinginnya menusuk ke tulang, tapi terasa hangat dan tersanjung akan penerimaan keluarga ini terhadap kami. Rumahnya jauh dari kesan mewah tapi penerimaan dan ketulusan mereka menampung kami benar-benar memberikan kehangatan tersendiri. Ketulusan ini bisa anda lihat dari wajah mereka yang tanpa kepura-puraan, sukacita alami mengalir dan jelas terpancar dari sana, kami bersyukur bisa mengenal sebuah keluarga baru.


Akibat rasa lelah sepanjang perjalanan, kamipun bersiap untuk tidur, dikarenakan hanya ada satu kamar yang tersedia , kami berdua yang cowo tidur di bangku ruang tamu + ruang makan yang baru saja kami duduki. Bermodalkan kain sarung kamipun mencoba untuk tidur, berhubung sarungnya hanya mampu untuk menutupi sebagian tubuh, jadilah ketika sarungnya ditarik kearah kepala, bagian kaki akan mengalami kedinginan luar biasa dan demikian sebaliknya. Belum lagi akibat kedinginan sering bangun di tengah malam, pikir-pikir sebentar antara mau kencing dipohon samping rumah atau ditoilet selama setengah jam, keputusan telah diambil dan sipohonlah yang jadi sasaran air mancur mini ini.

Dini hari saya sudah bangun, untung saja 2 gelas kopi sudah tersedia dimeja,  yang satu merupakan jatahku sedangkan yg satunya jatah menantu sang pemilik rumah. Gelas kopiku sudah habis, tatapanku mengarah kegelas yang satunya lagi masih terisi penuh, mumpung yang punya rumah ga lihat, gw sikad juga dah tuh kopi, dan ketika timbul pertanyaan akan keberadaan kopi tersebut, sebagai seorang laki-laki sejati anda harus benar-benar menjawab jujur setiap pertanyaan yang muncul, dan saya hanya menjawab "tadi dah diberaki lalat"!! (padahal awaq boong terhadap pembaca) Beres!! Itulah arti sesungguhnya dari seorang laki-laki sejati

Paginya setelah sarapan, kami jalan-jalan keliling Kebumen untuk sekedar melihat-lihat sambil nyari rumah "teman". Akhirnya kami menemukan rumah "teman" tersebut untuk kami singgahi di malam kedua, bukan apa-apa, cuma rasanya lebih sopan jika menginap dirumah sahabat tersebut tidak lebih dari 2 malam. secara kita berempat bo, cost-nya terlalu besar.

Selanjutnya dihari yang sama, kami berkeliling lebaran kerumah teman-temannya teman kami itu yang sedang kami temani, seperti biasa beragam makanan pasti tersedia dimomen lebaran seperti ini, tape  salah satu menu yang kulahap sedemikian rupa, hal ini pengingatkan saya akan lirik sebuah lagu masa kecil saya yang berbunyi seperti ini “tape –tape, obatni na male, diallang jadi TE” hahahaha… perut kenyang, hati tenang minimal sampai ke simpang.

Malam harinya kami bermaksud untuk pamit kekeluarga teman kami, karna harus menginap dirumah “teman” kami yang satunya lagi. Dan hal yang paling mengharukan ternyata kami telah dihidangkan opor ayam kampong untuk kami makan. Mungkin buat anda ayam kampong tidak begitu spesial, tetapi saya tau persis arti yang sesungguhnya, ayam kampong hanya akan dihidangkan bagi tamu yang special, itu sebagai bentuk penghargaan kepada tamu yang datang. buat mereka daging ayam kampong merupakan symbol dari penghargaan, kesenangan dan kesan yang indah. Dan perlu anda ketahui ayam kampong tersebut sengaja dibeli khusus untuk kami.

Saya jadi teringat hal yang seperti ini bahkan terjadi dikeluarga kami. Tamu yang spesial akan dapat jatah berupa hidangan ayam kampong sebagai ucapan trimakasih dan syukur, setiap anggota keluarga yang mau bepergian jauh akan mendapatkan ayam kampong sebagai menu paling mewah.  Sampai sekarang saya selalu kangen masakan ayam kampong ala ibu sinaga.  Memang ayamnya kampungan tapi rasanya bo, jauh lebih nikmat daripada ayam kampus apalagi ayam kampret…

Tidak sampai disitu saudara-saudara, kelapa muda yang sudah kami impikan sejak siang hari juga ternyata sudah dipetik beberapa buah, bener-bener seperti mimpi dibawah pohon kelapa rasanya ketika mendapatkan kejutan special seperti ini. Seperti kata pepatah, “kelapa yang benar berada diperut orang yang benar pada saat yang benar-benar…..haus kelapa muda” . pribahasa ini cocok bagi kawula muda yang hampir hamil muda.

Tulus sebuah kata yang hanya mudah diucapkan, tapi tidak semua orang mampu melakukannya. Tulus mengagambarkan sesuatu yang tampa pamrih dan kata yang mematahkan sejuta argumentasi.  Mungkin banyak orang disekeliling anda yang mudah berkata “ kalau kekota A atau B datanglah berkunjung, menginaplah disana dan janji-janji manis lainnya. tapi jangan heran ketika anda sudah berada disana, orang yang anda temui bahkan susah dihubungi karna hape sudah dimatikan”.

Kebumen, membukakan mata kami untuk lebih mengerti akan arti dari sebuah ketulusan melalui penerimaan keluarga ini. Ketulusan tidaklah harus terkesan mewah dan menghabiskan banyak duit, tapi senyum dan pintu rumah yang terbuka rasanya sudah cukup. Senang mengenal keluarga baru di Kebumen, kami akan selalu berdoa supaya keluarga mereka dilimpahi berkat.

Trimakasih sudah menerima kami para pelancong jalanan bukan gelandangan!!!


Senin, 27 Agustus 2012

Purworejo - Yogyakarta “Slamatkan Bumi”


Dari Kebumen kami menuju Yogyakarta, sebenarnya dari awal kami tidak punya rencana untuk berangkat kekota ini, berhubung terlalu jauh dan based on  pengalaman si Ratu dimasa lalu, kota ini selalu dipenuhi mahluk-mahluk berambut halus tanpa rebonding setiap hari raya. Tapi ternyata pesona kota Yogya dan si dia yang telah menunggu disana mematahkan segala “theory pertimbangan” itu.

Kami berangkat menuju Yogyakarta sekitar jam 9 pagi, jalanan macet, sehingga cukup menguras waktu dan tenaga. Kami tiba di Purworejo sekitar jam 13.00 wib, hampir 4 jam perjalanan yang seharusnya hanya butuh sekitar 1 jam. Kami sudah ditunggu sobat kami nan seksih baik pisan yang kebetulan sedang berada di Purworejo dirumah orang tua-nya. Dari bbm terlihat dan dari teleponnya terdengar bahwa sobat kami ini sedang memasak soup ayam terbaik sebagai santapan makan siang kami nantinya.  “Soup Ayam” hanyalah merupakan kata-kata pancingan untuk makan siang gratis, dan sepertinya berhasil.

Di Purworejo kami dijamu dengan sangat baik, senang rasanya bertemu dengan sobat ini lagi, karna sekalipun sama-sama di Jakarta tapi memang jarang sekali bisa bertemu, hanya terhubung dengan group di bbm dengan nama d’tungirs sekedar menutupi rasa kangen. Inilah akibat kota Jakarta yang makin hari makin muacet dipemerintahan si kumis, that’s why slogan “Jakarta without mustache much better” tidak diragukan lagi kebenarannya.

Ternyata dirumah itu tidak hanya tersedia soup ayam seperti prediksi kami sebelumnya, tetapi berbagai makanan yang enak sudah terhidang, buah-buahan, menu bukaan puasa, dan semua makanannya enak tak terkira, seenak melihat muka sobat kami ini yang riang gembira cantik pisan menerima kedatangan kami. Blom lagi bisa bertemu anak-anaknya yang ganteng-baik - bijak dan sopan (Kevin, yang sehabis kentut baru permisi untuk minta maaf), lukisan keponakan-nya yang keren, dan “Fitrahnya om, fitrahnya om” yang selalu di teriakkan Ico. Kami sangat senang bertemu keluarganya. Mereka sangat baik. cerita berbagai pengalaman mereka dimasa mudanya, pengen rasanya punya keluarga yang romantic seperti itu sampai masa tua mereka. Sungguh indah bisa bertamu kerumah ini. Purworejo bener-benar memberikan kekuatan kepada kami untuk menempuh perjalanan selanjutnya ke kota Yogya…cieilehhh




Di Yogya tiba sekitar jam 3, kami sudah ditunggu temannya teman kami yang belum berteman dengan kami tapi akan segera temanan. Diseberang sana dia menunggu dibawah pohon besar didepan kafe dengan bangunan kuno itu. Dia tidak menyadari kedatangan kami sampai pada panggilan si Wanted yang ketiga kalinya. Datang dengan membawa sepeda yang sudah dilipat untuk dimasukkan kebagasi. Kesan pertama yang muncul adalah “dia pasti salah satu generasi biru yang akan menyelamatkan bumi”. Setelah kenalan kamipun memutuskan untuk ngopi sambil ngemeng-ngemeng.

Sambil makan-minum-duduk-santai, kami ngobrol-ngobrol sampai menuju pada sebuah rahasia tua yang telah berumur terbongkar. The most Popular word for that day was “My Koala” wakakakkakakakakka..huahahhahahaha..hehheheh..hoooaoaoa.. Indeed these word are a sexiest nickname ever!!!

Perut kenyang, mata melek karna segelas kopi kamipun memutuskan untuk menonton sebuah film “perahu kertas” yang diangkat dari sebuah novel yang cukup terkenal. lumayanlah, jauh lebih bagus  dari novelnya Fredy S sang penulis yang akrap dengan kata-kata “wanita itu datang tanpa sehelai benangpun ditubuhnya..hahhaha (surprisingly that she know Fredy S very well) tapi sayangnya masih bersambung gitu, jadi mau ga mau harus mengeluarkan dana ektra lagi untuk menonton sambungan film tersebut. Dari mall setempat tak lupa kami bawa oleh-oleh “dalaman” sebagai pengganti stok yang sudah menipis.




Kami tiba dirumah teman kami hampir jam 10, kami bertemu dengan keluarganya yang ternyata baik-baik banget, sempat melihat-lihat karya lukisan adek teman kami ini yang luar biasa bagus, bagaimana mungkin seumuran dia sudah bisa menghasilkan mahakarya seperti ini? Sedangkan saya yang sudah berumur tiga puluhan hanya mampu melukis dengan pemandangan gunung-gunung dan matahari berada persis diantaranya, itu doang!!.

Kami masih menyempatkan untuk makan malam, soalnya sayang banget makanan seenak-enak itu ga di “sikad”, disamping memang karna lapar. Makanannya taste Padang banget, sehingga cocok dilidah kami yang memang Sumatra ini. Makanan ini mengingatkan kami akan memori 2 tahun lalu ketika sama-sama bekerja disebuah lembaga di Pariaman akibat gempa bumi pada saat itu, sungguh sebuah kenangan-manis-kebersamaan yang tak terlupakan.

Ketika memasuki kamar, saya sangat terkejut dengan banyaknya buku-buku dikamar itu. Sangat jelas terlihat bahwa keluarga ini benar-benar keluarga yang sangat mencintai pendidikan, orang tuanya saja sebagai dosen di salah satu universitas paling bagus di kota itu. Aku tersadar dan mengerti kenapa selama ini lebih banyak cangkul daripada buku dirumah kami adalah hanya karna orang tua-ku seorang petani..ini ternyata alasannya, baru tau saya…hehehehe

Setelah bangun pagi, mandi dan sarapan, kami berniat ke pasar untuk survey produk yang cukup potensial untuk dibisniskan, sebenarnya cukup banyak kerajinan yang ada disana dengan harga yang cukup murah, tetapi sepertinya kopi dan jajanan dibawah sana jauh lebih menggiurkan daripada muter-muter pasar. Kami putuskan untuk mencicipi beberapa jajanan ala Yogja.
Dari pasar tersebut kami keluar dari daerah sekitaran Malioboro karna memang macet gila disana. Kami menuju café yang menjual makanan khas Jogja, yaitu Gudeg. Oleh karna saya dan teman saya tidak begitu suka dengan makanan tersebut kami memutuskan untuk membeli makanan tidak jauh dari situ.

Berhubung besoknya kami berencana pulang, kami mencoba mencari sedikit oleh-oleh, ini sebagai bukti kalau kami baru saja menginjakkan kaki di Jogja. Oleh-oleh ditemukan, salak pondoh yang terkenal itu dibungkus, tibalah saatnya untuk berkaraoke ria. Walau suara pas-pasan yang penting happy.  Malam itu Jelas terlihat bahwa kami benar-benar bahagia dan cenderung agak sedikit menggila, lagu project Pop “ingatlah Hari Ini” merupakan lagu menutup paling pas..hahahahaha

Setelah makan malam, tidur karna harus terbangun dini hari sekali untuk menghindari muacet dijalanan, paginya kami diberangkatkan walau dia harus ikut berkorban dengan terbangun di jam-jam yang pada dasarnya jam paling enak tidur. Trimakasih sudah menampung kami, senang sekali bisa kenal dirimu sobat, udah baik, pintar anak S2 lulusan Belanda pula.  Trimakasih untuk jamuannya selama kami berada disana, suatu saat perjalanan ini akan menjadi rangkaian sebuah cerita bersambung untuk anak-cucu saya kelak.
Senang bisa kenal dirimu yang baik hati dan tidak sombong, low profile high profit.

Dan kita bukan orang Korea, my koala!!! LOL