Rabu, 13 November 2013

Obrolan singkat dengan penjual Indomie

Ternyata belajar bisa darimana saja kawan! Belajar tidak melihat jabatan, tingkat ekonomi dan tua-muda serta jancukers lainnya. Jabatan dan teman-temannya bukan menjadi indicator isi otak anda.  Tidak mengherankan  jika lebih banyak inspirasi muncul di warung kopi dan kedai tuak dibandingkan dari gedung DPR.

Berhubung karna lagi mumet kerja, saya dan teman saya di gondrong memutuskan untuk makan indomie di warung dekat kantor, sambil makan iseng-iseng kita ngobrol tentang kondisi-kondisi yang terjadi, kita banyak share tentang keluhan-keluhan yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan banyak solusi jika memang niat. Tapi berhubung ternyata setiap orang punya pemahaman dan cara pandang yang berbeda-beda, entah karna faktor makanan mereka yg terlalu sering makan makanan basi, sehingga memang sangat sulit rasanya untuk menyatukan pemikiran ini.  

Sedang asyik-asyiknya kita ngobrol tiba-tiba aja si tukang indomie yang berbahagia ini nimbrung sambil membetulkan kursi untuk tempat duduknya dia berkata “ sebenarnya mas..bang..daritadi saya mendengar obrolan kalian berdua, inti permasalahannya Cuma satu, yaitu miskomunikasi yang mengakibatkan kurangnya pemahaman kita akan orang lain dan terlalu seringnya kita memaksakan kehendak kita pada orang lain tersebut. Kita berdua hanya bisa terdiam sambil terpaku jatuh cinta menatap gantengnya penjual indomie, sayangnya dia udah punya istri.

Ternyata perkataan dia yang tadi masih hanya pembukaan, dia banyak berceramah jika kita memahami komunikasi dengan baik akan sangat membantu kita bekerja di komunitas yang kita dampingi, untuk menguji kita sebagai komunikator yang baik atau tidak, bisa diuji dengan sangat sederhana, misalnya ketika bisa berbicara kepada anak-anak dan anaknya mengerti, kita sudah bisa menjadi komunikator yang baik, sudah pasti sukses didunia marketing. Ngomong-ngomong ada satu buku yang recommended banget dan sangat berguna sekali, tidak rugi rasanya membeli buku ini walau rada mahal soalnya buku ini tidak seperti buku psikologi biasa yang kadang ditulis asal-asalan, ga rugi loh mas..bang..! walau ilmu marketingnya menyasar kami, sejujurnya kami tidak pernah merasa keberatan membeli itu buku, sayangnya ketika itu lupa bawa dompet yang ada duitnya.

Dia melanjutkan, sebenarnya tidak ada orang pelit didunia ini, Cuma berhubung karena kita kurang memahami orang lain  sehingga kita merasa mereka pelit. Tak lupa dia berbicara pentingnya menyelesaikan masalah dari akarnya, bukan menyelasaikan dari akibat yang ditimbulkan. Dia menambahkan “jangan dengarin saya mas, saya mah hanya tukang indomie”. Dalam hati saya berpikir dia sebenarnya jauh lebih bijak dari motivator yang di tivi-tivi itu. Yah..sayapun lebih banyak belajar dari Bu Janitor daripada or-or lainnya.

Begitulah orang-orang yang berbicara berdasarkan pengalaman, bukan berdasarkan jabatan, ga heran rasanya begitu banyak jabatan didunia ini yang pejabatnya sendiri kelihatan sok pintar walau sebenarnya bodoh.  Mulut besar bukan berarti otaknya punya kemampuan besar.  

Jadi,  bisa belajar darimana saja itu benar adanya loh!!