Jumat, 06 Desember 2013

Derita Sopir Angkot

Buat mereka yang tinggal di kota-kota besar khususnya, memaki sopir angkot adalah sesuatu hal yang sangat biasa terlihat, Dari yang muda sampai yang tua, wanita sampai waria, pengecut sampai pemberontak, pelacur dan pelanggannya, dan tidak menutup kemungkinan bahwa anda adalah salah satu pelakunya!! Memang sih terkadang suka sebel melihat ulah para sopir angkot yang suka ngasal dan seolah-olah jalan raya tersebut punya mertuanya. Saya sendiri sebenarnya dulu salah satu pelaku yang doyan memaki sopir angkot, tapi akhir-akhir ini saya putuskan untuk bertobat, hal ini dikarenakan 2 kali punya pengalaman melihat sopir angkot tua dimaki dan saya benar-benar menitikkan airmata menyaksikannya dan itu merupakan titik balik pertobatan ini. (ciaileeeeee)

Seperti biasa, saya harus melalui sekitar 1,5 jam perjalanan untuk sampai dirumah, jadi jika dihitung pulang-pergi butuh paling tidak butuh waktu 3 jam, tidak heran selama dalam 3 jam ini pasti punya banyak cerita untuk disaksikan khususnya di jalan raya Jakarta yang macetnya superduper dengan tingkah jutaan pengendara dengan berbagai gaya. Suatu ketika saya melihat sebuah angkot yang rada tiba-tiba menepikan angkutannya, mungkin demi menurunkan penumpang supaya tidak kelewatan terlalu jauh.

Saya perkirakan usia pengemudinya berkisar 2500 sebelum masehi, maksud saya 55 tahun. cukup tua untuk menjadi seorang sopir di kota yang tidak ramah ini. Tiba-tiba ada anak umur belasan tahun yang bahkan tidak memakai helm, apalagi SIM memarahi sang sopir yang udah tua tersebut. Jelas-jelas sianak tadi ugal-ugalan dan memacu kendaraanya melebihi batas kurang ajar. Bapak sopirnya hanya diam saja sambil mengelap keringat dimukanya, bapak tua hanya berusaha cuek, mungkin sudah sangat terbiasa mengalami hal yang seperti ini dikota yang hina dina ini. Tapi anak-anak tadi bukannya merasa sudah cukup, malah dengan santainya memukul kepala sibapak tersebut, dan lagi-lagi si bapaknya hanya terdiam tanpa memberikan perlawanan. Tidak sampai hati saya coba mendekati anak muda dengan maksud untuk memberikan pelajaran khusus Pendidikan Moral pancasila, melihat muka saya yang sudah memerah bak maroon five dan siap memangsa, anak muda pengecut itupun terbirit-birit melarikan diri, saya coba mengejar, apa daya kaki kurang panjang.

Mungkin aja si bapak tersebut memang sangat butuh duit untuk setoran dan sekedar bertahan hidup, mungkin aja anaknya lagi kelaparan dirumah, mungkin aja istri yang dikasihinya sedang menunggu dirumah sambil berharap dibawakan sedikit uang supaya bisa hanya makan nasi dan garam, mungkin aja anaknya sedang butuh duit untuk bayar uang sekolah, mungkin aja keluarganya ada yang sakit dan butuh duit untuk sekedar pengobatan, mungkin saja ini makian ke 35 yang dia terima hari ini saja, mungkin saja dia tidak melawan karna dia teringat anaknya dirumah yang persis seumuran dengan anak babi tadi, mungkin saja bapak tersebut merupakan ayah yang paling dihormati dan disayang anak dan keluarganya, bagaimana jika keluarganya melihat orang tua mereka diperlakukan seperti ini? Mungkin saja si bapak tersebut baru kali ini rem mendadak dan langsung mendapatkan perlakuan seperti itu, mungkin saja dia menepikan tiba2 karna penumpangnya yang agak maksa, mungkin saja dan mungkin saja………yang pasti si anak tadi memang benar-benar anak monyet.

Ingatlah selalu, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul.


Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang akan yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.