Dari Kebumen kami menuju Yogyakarta, sebenarnya dari awal
kami tidak punya rencana untuk berangkat kekota ini, berhubung terlalu jauh dan
based on pengalaman si Ratu dimasa lalu,
kota ini selalu dipenuhi mahluk-mahluk berambut halus tanpa rebonding setiap
hari raya. Tapi ternyata pesona kota Yogya dan si dia yang telah menunggu
disana mematahkan segala “theory pertimbangan” itu.
Kami berangkat menuju Yogyakarta sekitar jam 9 pagi, jalanan
macet, sehingga cukup menguras waktu dan tenaga. Kami tiba di Purworejo sekitar
jam 13.00 wib, hampir 4 jam perjalanan yang seharusnya hanya butuh sekitar 1
jam. Kami sudah ditunggu sobat kami nan seksih baik pisan yang kebetulan sedang
berada di Purworejo dirumah orang tua-nya. Dari bbm terlihat dan dari
teleponnya terdengar bahwa sobat kami ini sedang memasak soup ayam terbaik sebagai
santapan makan siang kami nantinya. “Soup
Ayam” hanyalah merupakan kata-kata pancingan untuk makan siang gratis, dan
sepertinya berhasil.
Di Purworejo kami dijamu dengan sangat baik, senang rasanya
bertemu dengan sobat ini lagi, karna sekalipun sama-sama di Jakarta tapi memang
jarang sekali bisa bertemu, hanya terhubung dengan group di bbm dengan nama
d’tungirs sekedar menutupi rasa kangen. Inilah akibat kota Jakarta yang makin
hari makin muacet dipemerintahan si kumis, that’s
why slogan “Jakarta without mustache much better” tidak diragukan lagi
kebenarannya.
Ternyata dirumah itu tidak hanya tersedia soup ayam seperti
prediksi kami sebelumnya, tetapi berbagai makanan yang enak sudah terhidang,
buah-buahan, menu bukaan puasa, dan semua makanannya enak tak terkira, seenak
melihat muka sobat kami ini yang riang gembira cantik pisan menerima kedatangan
kami. Blom lagi bisa bertemu anak-anaknya yang ganteng-baik - bijak dan sopan
(Kevin, yang sehabis kentut baru permisi untuk minta maaf), lukisan
keponakan-nya yang keren, dan “Fitrahnya om, fitrahnya om” yang selalu di
teriakkan Ico. Kami sangat senang bertemu keluarganya. Mereka sangat baik.
cerita berbagai pengalaman mereka dimasa mudanya, pengen rasanya punya keluarga
yang romantic seperti itu sampai masa tua mereka. Sungguh indah bisa bertamu
kerumah ini. Purworejo bener-benar memberikan kekuatan kepada kami untuk
menempuh perjalanan selanjutnya ke kota Yogya…cieilehhh
Di Yogya tiba sekitar jam 3, kami sudah ditunggu temannya
teman kami yang belum berteman dengan kami tapi akan segera temanan. Diseberang
sana dia menunggu dibawah pohon besar didepan kafe dengan bangunan kuno itu.
Dia tidak menyadari kedatangan kami sampai pada panggilan si Wanted yang ketiga
kalinya. Datang dengan membawa sepeda yang sudah dilipat untuk dimasukkan
kebagasi. Kesan pertama yang muncul adalah “dia pasti salah satu generasi biru
yang akan menyelamatkan bumi”. Setelah kenalan kamipun memutuskan untuk ngopi
sambil ngemeng-ngemeng.
Sambil makan-minum-duduk-santai, kami ngobrol-ngobrol sampai
menuju pada sebuah rahasia tua yang telah berumur terbongkar. The most Popular word for that day was “My Koala”
wakakakkakakakakka..huahahhahahaha..hehheheh..hoooaoaoa.. Indeed these word are
a sexiest nickname ever!!!
Perut kenyang, mata melek karna segelas kopi kamipun
memutuskan untuk menonton sebuah film “perahu kertas” yang diangkat dari sebuah
novel yang cukup terkenal. lumayanlah, jauh lebih bagus dari novelnya Fredy S sang penulis yang akrap
dengan kata-kata “wanita itu datang tanpa sehelai benangpun ditubuhnya..hahhaha
(surprisingly that she know Fredy S very well) tapi sayangnya masih bersambung
gitu, jadi mau ga mau harus mengeluarkan dana ektra lagi untuk menonton
sambungan film tersebut. Dari mall setempat tak lupa kami bawa oleh-oleh
“dalaman” sebagai pengganti stok yang sudah menipis.
Kami tiba dirumah teman kami hampir jam 10, kami bertemu
dengan keluarganya yang ternyata baik-baik banget, sempat melihat-lihat karya lukisan
adek teman kami ini yang luar biasa bagus, bagaimana mungkin seumuran dia sudah
bisa menghasilkan mahakarya seperti ini? Sedangkan saya yang sudah berumur tiga
puluhan hanya mampu melukis dengan pemandangan gunung-gunung dan matahari
berada persis diantaranya, itu doang!!.
Kami masih menyempatkan untuk makan malam, soalnya sayang
banget makanan seenak-enak itu ga di “sikad”, disamping memang karna lapar.
Makanannya taste Padang banget, sehingga cocok dilidah kami yang memang Sumatra
ini. Makanan ini mengingatkan kami akan memori 2 tahun lalu ketika sama-sama
bekerja disebuah lembaga di Pariaman akibat gempa bumi pada saat itu, sungguh
sebuah kenangan-manis-kebersamaan yang tak terlupakan.
Ketika memasuki kamar, saya sangat terkejut dengan banyaknya
buku-buku dikamar itu. Sangat jelas terlihat bahwa keluarga ini benar-benar
keluarga yang sangat mencintai pendidikan, orang tuanya saja sebagai dosen di
salah satu universitas paling bagus di kota itu. Aku tersadar dan mengerti
kenapa selama ini lebih banyak cangkul daripada buku dirumah kami adalah hanya
karna orang tua-ku seorang petani..ini ternyata alasannya, baru tau
saya…hehehehe
Setelah bangun pagi, mandi dan sarapan, kami berniat ke pasar
untuk survey produk yang cukup potensial untuk dibisniskan, sebenarnya cukup
banyak kerajinan yang ada disana dengan harga yang cukup murah, tetapi
sepertinya kopi dan jajanan dibawah sana jauh lebih menggiurkan daripada
muter-muter pasar. Kami putuskan untuk mencicipi beberapa jajanan ala Yogja.
Dari pasar tersebut kami keluar dari daerah sekitaran Malioboro
karna memang macet gila disana. Kami menuju café yang menjual makanan khas Jogja,
yaitu Gudeg. Oleh karna saya dan teman saya tidak begitu suka dengan makanan
tersebut kami memutuskan untuk membeli makanan tidak jauh dari situ.
Berhubung besoknya kami berencana pulang, kami mencoba
mencari sedikit oleh-oleh, ini sebagai bukti kalau kami baru saja menginjakkan
kaki di Jogja. Oleh-oleh ditemukan, salak pondoh yang terkenal itu dibungkus,
tibalah saatnya untuk berkaraoke ria. Walau suara pas-pasan yang penting
happy. Malam itu Jelas terlihat bahwa
kami benar-benar bahagia dan cenderung agak sedikit menggila, lagu project Pop “ingatlah
Hari Ini” merupakan lagu menutup paling pas..hahahahaha
Setelah makan malam, tidur karna harus terbangun dini hari
sekali untuk menghindari muacet dijalanan, paginya kami diberangkatkan walau
dia harus ikut berkorban dengan terbangun di jam-jam yang pada dasarnya jam
paling enak tidur. Trimakasih sudah menampung kami, senang sekali bisa kenal
dirimu sobat, udah baik, pintar anak S2 lulusan Belanda pula. Trimakasih untuk jamuannya selama kami berada
disana, suatu saat perjalanan ini akan menjadi rangkaian sebuah cerita bersambung
untuk anak-cucu saya kelak.
Senang bisa kenal dirimu yang baik hati dan tidak sombong,
low profile high profit.
Dan kita bukan orang Korea, my koala!!! LOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar