Buat
mereka yang tinggal di kota-kota besar khususnya, memaki sopir angkot adalah
sesuatu hal yang sangat biasa terlihat, Dari yang muda sampai yang tua, wanita
sampai waria, pengecut sampai pemberontak, pelacur dan pelanggannya, dan tidak
menutup kemungkinan bahwa anda adalah salah satu pelakunya!! Memang sih
terkadang suka sebel melihat ulah para sopir angkot yang suka ngasal dan
seolah-olah jalan raya tersebut punya mertuanya. Saya sendiri sebenarnya dulu
salah satu pelaku yang doyan memaki sopir angkot, tapi akhir-akhir ini saya
putuskan untuk bertobat, hal ini dikarenakan 2 kali punya pengalaman melihat
sopir angkot tua dimaki dan saya benar-benar menitikkan airmata menyaksikannya
dan itu merupakan titik balik pertobatan ini. (ciaileeeeee)
Seperti
biasa, saya harus melalui sekitar 1,5 jam perjalanan untuk sampai dirumah, jadi
jika dihitung pulang-pergi butuh paling tidak butuh waktu 3 jam, tidak heran
selama dalam 3 jam ini pasti punya banyak cerita untuk disaksikan khususnya di
jalan raya Jakarta yang macetnya superduper dengan tingkah jutaan pengendara
dengan berbagai gaya. Suatu ketika saya melihat sebuah angkot yang rada
tiba-tiba menepikan angkutannya, mungkin demi menurunkan penumpang supaya tidak
kelewatan terlalu jauh.
Saya
perkirakan usia pengemudinya berkisar 2500 sebelum masehi, maksud saya 55
tahun. cukup tua untuk menjadi seorang sopir di kota yang tidak ramah ini.
Tiba-tiba ada anak umur belasan tahun yang bahkan tidak memakai helm, apalagi
SIM memarahi sang sopir yang udah tua tersebut. Jelas-jelas sianak tadi
ugal-ugalan dan memacu kendaraanya melebihi batas kurang ajar. Bapak sopirnya
hanya diam saja sambil mengelap keringat dimukanya, bapak tua hanya berusaha
cuek, mungkin sudah sangat terbiasa mengalami hal yang seperti ini dikota yang
hina dina ini. Tapi anak-anak tadi bukannya merasa sudah cukup, malah dengan
santainya memukul kepala sibapak tersebut, dan lagi-lagi si bapaknya hanya
terdiam tanpa memberikan perlawanan. Tidak sampai hati saya coba mendekati anak
muda dengan maksud untuk memberikan pelajaran khusus Pendidikan Moral
pancasila, melihat muka saya yang sudah memerah bak maroon five dan siap
memangsa, anak muda pengecut itupun terbirit-birit melarikan diri, saya coba
mengejar, apa daya kaki kurang panjang.
Mungkin
aja si bapak tersebut memang sangat butuh duit untuk setoran dan sekedar
bertahan hidup, mungkin aja anaknya lagi kelaparan dirumah, mungkin aja istri
yang dikasihinya sedang menunggu dirumah sambil berharap dibawakan sedikit uang
supaya bisa hanya makan nasi dan garam, mungkin aja anaknya sedang butuh duit
untuk bayar uang sekolah, mungkin aja keluarganya ada yang sakit dan butuh duit
untuk sekedar pengobatan, mungkin saja ini makian ke 35 yang dia terima hari
ini saja, mungkin saja dia tidak melawan karna dia teringat anaknya dirumah
yang persis seumuran dengan anak babi tadi, mungkin saja bapak tersebut
merupakan ayah yang paling dihormati dan disayang anak dan keluarganya,
bagaimana jika keluarganya melihat orang tua mereka diperlakukan seperti ini?
Mungkin saja si bapak tersebut baru kali ini rem mendadak dan langsung
mendapatkan perlakuan seperti itu, mungkin saja dia menepikan tiba2 karna
penumpangnya yang agak maksa, mungkin saja dan mungkin saja………yang pasti si
anak tadi memang benar-benar anak monyet.
Ingatlah
selalu, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah
keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul.
Segala
kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari
antara kamu, demikian pula kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang akan
yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.
That'll do, Sir!
BalasHapus*hat off with respect*