Dedicated to
my truly hero Daddy for he is the best ever---Pak Manik
Bapaku adalah pahlawanku adalah sebuah
judul yang terinspirasi dari acara ditelevisi. Pada suatu hari minggu
malam sehabis lupa ke gereja, saya menonton sebuah acara stasiun televisi
swasta yang ada golden ways-nya, acara yang dibawakan oleh sahabat yang bagian depan kepalanya botak beraturan.
Sejujurnya saya sangat kagum dengan cara sibotak ini dalam memotivasi,
memberikan pencerahan bagi para penontonnya. saya terkesima melihat bagaimana
dia bisa menjawab setiap pertanyaan orang dengan sangat memuaskan. Buat saya, dia
seperti seorang sosok yang hanya punya buku berjudul Amsal. Ga salah lagi nama
bapaknya pasti si Amsal Teguh. kata-katanya itu loh, benar-benar mampu membius
jutaan pemirsa yang menontonnya, saya yakin semua kalangan akan menerima dengan
anggukan setuju sebagian besar kata-katanya yang bijak itu. memang tidak
percuma kau botak kawan!!
Hal
yang membuat bulu ketek berdiri ketika dalam acara tersebut saya melihat
seorang cewe (tentu saja bukan karna cewe itu cantik dan memandang saya) meminta
sebuah nasehat dari si botak. sambil menangis, cewe tersebut bercerita bahwa
betapa dia ingin sekali melakukan banyak hal dalam hidupnya, tetapi ketika
mencoba maju selangkah saja, tiba-tiba bisikan ditelinganya selalu muncul
kata-kata yang selalu meragukan kemampuannya, meragukan kalau nantinya dia akan
berhasil. Suara keraguan yang sering muncul akibat trauma masa kecilnya.
Orang-orang disekelilingnya selalu meragukan dia, bahkan hal yang paling
membuat hati miris adalah kata-kata meragukan itu muncul dari orang-orang yang
paling dekat dengannya, orang yang selalu makan, tidur, mandi, nonton, boker di
tandas yang sama, orang yang
seharusnya paling mempercayai dia, yaitu orang tuanya sendiri.
Ternyata
banyak orang tua tidak menyadari betapa kata-kata yang keluar dari mulut mereka kepada anak-anak akan berdampak besar
terhadap pertumbuhan karakter si anak nantinya.
Saran saya buat orang tua dan mereka yang akan menjadi orang tua nantinya,
“Ketika anda tidak bisa menjadi pahlawan
bagi anak-anakmu, paling tidak jangan mematahkan semangat mereka.”
Atas
dasar ini, saya ingin menunjukkan kepada dunia melalui tulisan, bahwa bapakku
adalah pahlawanku. Bagiku, dia adalah pahlawan yang lebih hebat dari siapapun.
mudah-mudahan dunia belum buta aksara, sehingga mereka tidak menutup mata akan
kepahlawanan bapakku. Pedangnya memang tidak setajam pedang Pattimura, tidak
berjenggot seperti Imam Bonjol, tapi bagaimanapun dia lebih daripada hanya
sebuah pedang dan jenggot.
Bapakku
kecil, lahir dan beranjak dewasa di kampung yang sama kami tinggali sekarang.
Sesuai dengan pengakuannya, dia lahir dari keluarga yang cukup berada pada
jaman itu. Sehingga masa kecil dan dewasa, dia habiskan dengan banyak
kesenangan. Bahkan menurut gosip yang beredar, bapakku adalah orang yang
pertama kali punya mobil di seantero kota
turis parapat sekitar tahun 60-an. Cuma sayangnya masa kecilnya yang kaya tidak
berlanjut ketika sudah berkeluarga. kami hanya hidup dalam mendekati kata
cukup. sarapan singkong dan makan ikan asin rasanya sudah lebih dari cukup,
yang penting perut kenyang. apalagi kami punya kebiasaan selalu makan bersama
sebagai sebuah keluarga, jadi tentu saja menambah kenikmatan singkong dan ikan
asin tersebut melebihi rasa lasagna dan cheese cake.
Sayangnya
hidup mewah bapaku ketika muda tidak berlanjut ketika sudah menikah dengan
ibuku. realitanya, barang-barang yang dimiliki ibu semasa muda, yang ditabung dengan
keringat sejak umur belasan tahun seperti emas dan harta pusaka lainnya, habis
terjual oleh bapa yang sudah terbiasa hidup mewah. Bahkan beberapa ekor kerbau
kami yang biasa digunakan untuk membajak sawah, diam-diam juga telah dijual
oleh bapaku akibat kalah dalam sebuah permainan sekotak kartu Remi, kartu yang
ternyata banyak menghancurkan bapa-bapa yang lain juga.
Bukan
hanya itu, hasil panen kami yang hanya sekali setahun itu diam-diam juga telah
digadaikan oleh bapaku kepada orang lain ketika bahkan musim panen belum tiba.
alhasil ketika musim panen tiba, kami tidak bisa menikmati sedikitpun hasilnya.
Bisa anda bayangkan bagaimana perasaan ibuku yang sudah bekerja dengan kerasnya
disawah sepanjang tahun, yang selalu bangun tidak pernah lewat jam 4 subuh dan
pulang kerumah jam 7 malam setiap harinya harus menerima keadaan bekerja mati-matian selama setahun tanpa
hasil. Bisa anda bayangkan pula
bagaimana perjuangan ibuku untuk menghidupi kami anaknya yang sembilan
orang selama setahun kedepan, belum lagi kebutuhan untuk pendidikan dan sandang-papan
lainnya. Bahkan hal inipun tidak membuat ibuku mengurungkan fungsinya untuk sebagai
ibu rumah tangga, dan suaminya (bapaku) sebagai bapa yang selalu menjadi kepala
fan pemimpin rumah tangga, no matter
what..
Apakah
anda pikir dengan segala kelakuan bapa yang seperti itu akan mengurangi nilainya
sebagai seorang bapa dimataku? Tidak, dia tetap seorang bapa yang sempurna bagi
kami. Sedikit kesalahannya tidak akan pernah sanggup menghapus jutaan kebaikan
yang telah dia lakukan bagi kami anaknya. Suatu kehormatan bagiku punya bapa yang
punya segala figur yang aku butuhkan untuk bertumbuh sebagai seorang anak.
Bapa
adalah sosok yang cukup royal, tidak pernah saya lihat bapa saya duduk di
warung tanpa bermurah hati membayari orang lain. dia seorang bapa yang
disenangi setiap orang dari berbagai kalangan, bapa yang tidak sanggup melihat
orang lain kesusahan, dia akan dengan senang hati membantu.
Tidak
heran,bahwa bapaku punya lingkaran persahabatan yang cukup luas, pergaulan dia
tidak hanya terbatas disekeliling kampung kami. teman-teman se-permainannya
semasa kecil, hampir semua sangat
berhasil dalam hidupnya. hal yang membuat saya kagum ketika teman-temannya yang
kaya itu masih sering berkunjung ke gubuk kami, saya senang melihat mereka
bercakap-cakap dengan sangat dekatnya, bercerita tentang masa-masa muda mereka
jaman dulu. hal yang membuat saya makin bangga adalah ketika bapa saya tidak
merasa rendah diri, mereka berbicara tanpa ada jarak, dia tetap bangga dengan
apa yang dia miliki saat ini. bapaku
sudah jauh lebih mengerti daripada aku arti kata “kekayaan” yang sesungguhnya
(karna kami ga punya harta, jadi mau ga mau paradigma tentang kekayaan itu
harus berubah dari kekayaan harta ke kekayaan lainnya..LOL).
Sebatas
itukah saya mengaguminya? Tidak. saya anak yang paling bungsu dari sembilan bersaudara,
jadi saya sangat beruntung. sebagai anak yang selain dimanja, juga selalu dapat
bagian untuk diajak jalan-jalan. Dan
saya paling senang bagian jalan ini, karna saya tahu sekali bahwa bapa akan
membawa saya menikmati makanan yang rasanya enak sekali. Saya heran bagaimana
mungkin bapa saya mengetahui tempat makan yang enak gila seperti ini? Darimana dia tahu tempat-tempat makan seperti
ini? Jujur setiap kali diajak makan oleh bapa, belum sekalipun saya menemukan
makanan yang tidak enak, semuanya terasa enak banget dan serasa baru di lidah,
belum pernah saya menikmati makanan yang selezat ini. Sepertinya bapa saya tahu
banget setiap tempat makanan lezat di sudut manapun didunia ini. Hal yang
selalu membuatku geleng-geleng kepala.
Tidak
sampai disitu, saya juga sering bertemu dengan orang-orang penting, makan
bareng dengan orang yang ternyata pemilik hotel paling mewah di kampung kami,
bertemu dengan orang-orang berpangkat, petinggi-petinggi di beberapa
perusahaan, dan bahkan orang terkaya di sumatra pada saat itu adalah teman
dekat bapaku. Saya sangat bangga ketika orang-orang seperti mereka juga tetap
mengangumi sosok bapaku. Bapaku memang hebat.
Semasa
kecil saya pernah bercita-cita menjadi seorang tentara, hanya karena saya
sering dikasih uang kertas seratus rupiah beberapa lembar oleh seorang tentara
berpangkat tinggi sahabat bapaku. Sukacita saya akan sangat bertambah ketika
bertemu tentara ini, selain karna uangnya yang selalu baru (uangnya bisa
dipakai untuk memotong pepaya karena saking barunya itu uang), dia juga selalu
memperlakukan saya seperti anak kandungnya yang seolah-olah akan dijodohkan
kepada anaknya bernama Cindy Noviyanti, menggendong saya, mengajak jalan-jalan,
dan tertawa bersama. Jadi kalau anak kecil yang lain masih sibuk maen kelereng
dan maen tanah, masa kecilku bermain dengan tentara berpangkat tinggi,
pengusaha-pengusaha kaya, dan petinggi-petinggi perusahaan. Jelas menunjukkan kelas
yang berbeda dengan anak-anak ingusan yang lain, Semua itu hanya karena figur yang dibangun oleh bapaku.
Tidak
akan pernah sekalipun saya dibiarkan bapa
kekurangan duit, saya punya duit paling banyak dari anak-anak seusia
saya. Ketika hari sabtu siang saya hanya duduk dirumah, bapa akan dengan senang
hati memberikan duit kepadaku untuk bisa jalan-jalan bahkan sampai menonton
bioskop.
Ketika
kami sedang diladang atau disawah, bapa sering sekali memberikan kejutan-kejutan
kecil. dia selalu datang tiba-tiba dengan membawa makanan yang enak. Tentu saja
setiap kedatangan bapa akan membuat senyum kami mengembang dan rasa lelah
seharian diladang berubah menjadi sukacita. Dia memang bukan seorang bapa yang
akan turut serta bekerja diladang, tapi dia bapa yang tahu untuk memberikan
pelayanan terbaik pada anak-anaknya, mengembalikan jerih mereka. Kami selalu
bangga akan dia.
Saya
sangat menyayangi bapaku. Suatu ketika bapaku yang sudah tua pernah pulang
kerumah dengan air mata akibat dipukul oleh salah satu orang dikampung kami
tanpa alasan yang jelas. Saya yang masih anak smp ketika itu sontak tersulut
emosi. Yang saya lakukan adalah diam-diam pergi untuk mengajak duel bapak
tersebut, padahal sebenarnya jelas tidak imbanglah, anak kelas satu smp melawan
seorang bapak berotot umur 30 tahunan. Untung aja si Bodat itu tidak bersedia melawan, kalo ga bisa jadi kalah telak aku.
Masalah
ini masih saja menggangguku sampai beranjak
SMA, ketika itu saya yang sudah jago berantam dan cukup punya nyali, bertemu
dengan bapak itu. dengan penuh emosi saya mencoba untuk memukulnya. dia mengaku
salah dan minta maaf saat itu juga dan akupun mendapatkan kata yang
kutungu-tunggu. Jadi hal yang membuat
aku semakin kagum sama bapaku adalah ketika dia tidak menaruh dendam kepada
orang tersebut, disaat kesempatan untuk membumihanguskan si bodat itu cukup besar, dan bapaku
memilih untuk memaafkan. Bapaku tea atuh!!
Saya
juga masih teringat ketika bapaku memutuskan untuk menyekolahkan anak-anaknya
kebangku kuliah, diragukan oleh orang-orang disekitarnya akan kemampuan
membiayai kuliah. Hal ini tidaklah mengurungkan niatnya. Ketika abang-abangku
diberangkatkan, banyak orang yang mencibir dengan berkata “what the hell are he doing?”. Masuk akal sih sebenarnya orang
mencibir, sebab, hanya dengan gaji 70 ribu mustahil rasanya untuk membiayai
kuliah dan memberi makan sembilan orang anak. Tapi dasar bapaku, dengan rasa
tanggung jawabnya yang besar, dia berhasil menjawab keraguan orang. Sekali lagi
saya sangat mengagumi sosoknya sebagai bapa yang selalu melakukan manuver yang
tidak terduga.
Tidak
pernah sekalipun bapaku ringan tangan kepada anak-anaknya seperti dilakukan
oleh kebanyakan bapa disuku kami. dia orang yang sangat mengasihi semua
anaknya, mendengarkan setiap keluh kesah anaknya, memberikan rasa percaya diri,
memotivasi, mengayomi, bapa yang tidak pernah sedikitpun meragukan anaknya, dia
bapa yang tidak memberikan jarak kepada anak-anaknya. Dengan senang hati kami
sering bercerita dengan bapa kami, begitu tenang dan nyaman rasanya bercerita
kepada beliau, karna bagi kami semua dia adalah seorang pahlawan.
dia juga sebagai orang yang bisa diandalkan
dalam berbagai kegiatan adat dikampung kami. dia sebagai mediator ulung, raja parhata yang didengar setiap
orang, generasi muda yang tertarik adat
banyak yang belajar darinya.
Diakhir
hidupnya sayalah salah satu orang dari kami berempat (mama, kakak, namboru)
yang melihatnya menutup mata dengan sangat damai sekali. Ketika itu saya yang
sudah sekolah dikota Siantar. tumben saat itu selama sebulan saya tidak pulang
kampung,yang biasanya selalu rutin pulang sekali seminggu. Ketika sampai
dirumah sekitar jam 5 sore, terdengar suara bapa saya yang lemah memanggilku
untuk datang kekamarnya. Setelah memeluk saya dengan hangat, diapun meminta
saya untuk berdoa baginya, dia berkata dengan suaranya yang lemah bahwa dia
sangat bangga punya anak seperti saya (tentu saja saya juga sangat bangga punya
bapa melebihi seorang pahlawan). Ternyata dalam masa sebulan saya tidak pulang
kampung, selama itu juga bapa sedang jatuh sakit, sengaja tidak diberitahukan
kekami anak-anaknya dengan alasan dia tidak mau melihat hati anak-anaknya
sedih. betapa mulianya hati bapaku.
Sekitar
jam 7 malam hari itu juga, saya melihat bapaku menutup mata untuk yang terakhir
kalinya, dia pergi meninggalkan kami untuk selamanya. Sekalipun meninggalkan
sedih yang mendalam bagi kami sekeluarga, kami bahagia melihat dia dipanggil
oleh Tuhan, karna selama beberapa tahun terakhir semasa hidupnya, bapa saya tidaklah dalam kondisi kesehatan
yang baik. Saya pikir Ini adalah cara terbaik Tuhan untuk mengakhiri
penderitaan bapaku didunia ini.
Akhir
dari kesedihan kami adalah ketika pintu petinya ditutup dan dipaku, itulah saat
dimana hatiku menjerit,terakhir kali aku melihat wajahnya, terakhir kali aku
mengecup pipinya, terakhir kali aku melihat seorang pahlawan paling besar yang
meninggalkan dunia. Saya melihat sebanyak orang yang melayat menitikkan air mata.
seperti memberi tanda bagiku, bahwa bagi mereka juga bapaku merupakan seorang
pahlawan, dan saya pastikan bahwa mereka memiliki kenangan indah akan bapaku.
Bapaku
telah menggoreskan sejarahnya didunia ini, sejarah yang membantu kami untuk
menjalani hidup kami. dia pahlawan paling besar dan berpengaruh bagiku, dia
pahlawan bagi kami semua anak-anaknya, dia pahlawan bagi semua cucunya, dia
pahlawan bagi saudara-saudara kami, dia pahlawan bagi semua orang yang
mengenalnya, sekalipun dia telah pergi, dia tidak akan pernah dilupakan.
Kepahlawanannya akan diperbincangkan banyak orang. Kami sekeluarga selalu
merindukannya, hal ini terlihat ketika kami sekeluarga berkumpul di hari natal
dan tahun baru, masih sering membicarakannya, mengingat hal-hal luar biasa yang
dia lakukan buat kami.
Bapaku memang seorang pahlawan besar dan
hebat!!!
Kalau
bapaku bisa menjadi pahlawan besar, kenapa bapamu tidak bisa? Setiap bapa harus
bisa menjadi pahlawan bagi anak-anaknya, bapa kita mungkin tidak selalu
bertindak benar, tapi ketahuilah bahwa semuanya itu hanya untuk kebaikan kita
semua. Hai bapa-bapa jadilah pahlawan bagi anak-anakmu, dan anak-anak,
hormatilah bapamu dan jadikan mereka pahlawan-mu.
Trimakasih
Tuhan buat pahlawan yang engkau kirimkan buat kami. selamat jalan Dad, selamat
jalan Pahlawanku. Sekalipun engkau telah tiada, engkau tetap hidup dalam hati
kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar