Senin, 27 Agustus 2012

Purworejo - Yogyakarta “Slamatkan Bumi”


Dari Kebumen kami menuju Yogyakarta, sebenarnya dari awal kami tidak punya rencana untuk berangkat kekota ini, berhubung terlalu jauh dan based on  pengalaman si Ratu dimasa lalu, kota ini selalu dipenuhi mahluk-mahluk berambut halus tanpa rebonding setiap hari raya. Tapi ternyata pesona kota Yogya dan si dia yang telah menunggu disana mematahkan segala “theory pertimbangan” itu.

Kami berangkat menuju Yogyakarta sekitar jam 9 pagi, jalanan macet, sehingga cukup menguras waktu dan tenaga. Kami tiba di Purworejo sekitar jam 13.00 wib, hampir 4 jam perjalanan yang seharusnya hanya butuh sekitar 1 jam. Kami sudah ditunggu sobat kami nan seksih baik pisan yang kebetulan sedang berada di Purworejo dirumah orang tua-nya. Dari bbm terlihat dan dari teleponnya terdengar bahwa sobat kami ini sedang memasak soup ayam terbaik sebagai santapan makan siang kami nantinya.  “Soup Ayam” hanyalah merupakan kata-kata pancingan untuk makan siang gratis, dan sepertinya berhasil.

Di Purworejo kami dijamu dengan sangat baik, senang rasanya bertemu dengan sobat ini lagi, karna sekalipun sama-sama di Jakarta tapi memang jarang sekali bisa bertemu, hanya terhubung dengan group di bbm dengan nama d’tungirs sekedar menutupi rasa kangen. Inilah akibat kota Jakarta yang makin hari makin muacet dipemerintahan si kumis, that’s why slogan “Jakarta without mustache much better” tidak diragukan lagi kebenarannya.

Ternyata dirumah itu tidak hanya tersedia soup ayam seperti prediksi kami sebelumnya, tetapi berbagai makanan yang enak sudah terhidang, buah-buahan, menu bukaan puasa, dan semua makanannya enak tak terkira, seenak melihat muka sobat kami ini yang riang gembira cantik pisan menerima kedatangan kami. Blom lagi bisa bertemu anak-anaknya yang ganteng-baik - bijak dan sopan (Kevin, yang sehabis kentut baru permisi untuk minta maaf), lukisan keponakan-nya yang keren, dan “Fitrahnya om, fitrahnya om” yang selalu di teriakkan Ico. Kami sangat senang bertemu keluarganya. Mereka sangat baik. cerita berbagai pengalaman mereka dimasa mudanya, pengen rasanya punya keluarga yang romantic seperti itu sampai masa tua mereka. Sungguh indah bisa bertamu kerumah ini. Purworejo bener-benar memberikan kekuatan kepada kami untuk menempuh perjalanan selanjutnya ke kota Yogya…cieilehhh




Di Yogya tiba sekitar jam 3, kami sudah ditunggu temannya teman kami yang belum berteman dengan kami tapi akan segera temanan. Diseberang sana dia menunggu dibawah pohon besar didepan kafe dengan bangunan kuno itu. Dia tidak menyadari kedatangan kami sampai pada panggilan si Wanted yang ketiga kalinya. Datang dengan membawa sepeda yang sudah dilipat untuk dimasukkan kebagasi. Kesan pertama yang muncul adalah “dia pasti salah satu generasi biru yang akan menyelamatkan bumi”. Setelah kenalan kamipun memutuskan untuk ngopi sambil ngemeng-ngemeng.

Sambil makan-minum-duduk-santai, kami ngobrol-ngobrol sampai menuju pada sebuah rahasia tua yang telah berumur terbongkar. The most Popular word for that day was “My Koala” wakakakkakakakakka..huahahhahahaha..hehheheh..hoooaoaoa.. Indeed these word are a sexiest nickname ever!!!

Perut kenyang, mata melek karna segelas kopi kamipun memutuskan untuk menonton sebuah film “perahu kertas” yang diangkat dari sebuah novel yang cukup terkenal. lumayanlah, jauh lebih bagus  dari novelnya Fredy S sang penulis yang akrap dengan kata-kata “wanita itu datang tanpa sehelai benangpun ditubuhnya..hahhaha (surprisingly that she know Fredy S very well) tapi sayangnya masih bersambung gitu, jadi mau ga mau harus mengeluarkan dana ektra lagi untuk menonton sambungan film tersebut. Dari mall setempat tak lupa kami bawa oleh-oleh “dalaman” sebagai pengganti stok yang sudah menipis.




Kami tiba dirumah teman kami hampir jam 10, kami bertemu dengan keluarganya yang ternyata baik-baik banget, sempat melihat-lihat karya lukisan adek teman kami ini yang luar biasa bagus, bagaimana mungkin seumuran dia sudah bisa menghasilkan mahakarya seperti ini? Sedangkan saya yang sudah berumur tiga puluhan hanya mampu melukis dengan pemandangan gunung-gunung dan matahari berada persis diantaranya, itu doang!!.

Kami masih menyempatkan untuk makan malam, soalnya sayang banget makanan seenak-enak itu ga di “sikad”, disamping memang karna lapar. Makanannya taste Padang banget, sehingga cocok dilidah kami yang memang Sumatra ini. Makanan ini mengingatkan kami akan memori 2 tahun lalu ketika sama-sama bekerja disebuah lembaga di Pariaman akibat gempa bumi pada saat itu, sungguh sebuah kenangan-manis-kebersamaan yang tak terlupakan.

Ketika memasuki kamar, saya sangat terkejut dengan banyaknya buku-buku dikamar itu. Sangat jelas terlihat bahwa keluarga ini benar-benar keluarga yang sangat mencintai pendidikan, orang tuanya saja sebagai dosen di salah satu universitas paling bagus di kota itu. Aku tersadar dan mengerti kenapa selama ini lebih banyak cangkul daripada buku dirumah kami adalah hanya karna orang tua-ku seorang petani..ini ternyata alasannya, baru tau saya…hehehehe

Setelah bangun pagi, mandi dan sarapan, kami berniat ke pasar untuk survey produk yang cukup potensial untuk dibisniskan, sebenarnya cukup banyak kerajinan yang ada disana dengan harga yang cukup murah, tetapi sepertinya kopi dan jajanan dibawah sana jauh lebih menggiurkan daripada muter-muter pasar. Kami putuskan untuk mencicipi beberapa jajanan ala Yogja.
Dari pasar tersebut kami keluar dari daerah sekitaran Malioboro karna memang macet gila disana. Kami menuju café yang menjual makanan khas Jogja, yaitu Gudeg. Oleh karna saya dan teman saya tidak begitu suka dengan makanan tersebut kami memutuskan untuk membeli makanan tidak jauh dari situ.

Berhubung besoknya kami berencana pulang, kami mencoba mencari sedikit oleh-oleh, ini sebagai bukti kalau kami baru saja menginjakkan kaki di Jogja. Oleh-oleh ditemukan, salak pondoh yang terkenal itu dibungkus, tibalah saatnya untuk berkaraoke ria. Walau suara pas-pasan yang penting happy.  Malam itu Jelas terlihat bahwa kami benar-benar bahagia dan cenderung agak sedikit menggila, lagu project Pop “ingatlah Hari Ini” merupakan lagu menutup paling pas..hahahahaha

Setelah makan malam, tidur karna harus terbangun dini hari sekali untuk menghindari muacet dijalanan, paginya kami diberangkatkan walau dia harus ikut berkorban dengan terbangun di jam-jam yang pada dasarnya jam paling enak tidur. Trimakasih sudah menampung kami, senang sekali bisa kenal dirimu sobat, udah baik, pintar anak S2 lulusan Belanda pula.  Trimakasih untuk jamuannya selama kami berada disana, suatu saat perjalanan ini akan menjadi rangkaian sebuah cerita bersambung untuk anak-cucu saya kelak.
Senang bisa kenal dirimu yang baik hati dan tidak sombong, low profile high profit.

Dan kita bukan orang Korea, my koala!!! LOL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar