Senin, 25 Juli 2011

Horas Tano Hatutubukku....Ho Nama Sian Hita An

Desa Girsang mungkin masih asing di telinga kita, apalagi bagi orang-orang yang tidak terlahir disana, desa ini tidak akan cukup familiar buat mereka. Desa ini letaknya tidak seberapa jauh dari pusat kota Turis Parapat yang terkenal itu, hanya sekitar 10 menit dari pusat kota dengan naik angkot, dan sekitar 10 jam kalo jalan kaki, itupun kalo kita  berjalan mutar-mutar sampai pas 10 jam. Sesuai dengan namanya Girsang (baca;Gersang) sebenarnya tidak menggambarkan kampung kami yang sesungguhnya, setidaknya dari perspektif saya. Selain dari lapangan Golf , Danau toba, Pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan warga disini. Gak heran dulunya masyarakat yang tinggal disini hampir tidak pernah membeli sayur-sayuran, beras, bumbu-bumbu dapur, dan lain-lain. Kami hanya membeli lauk (bahasa kerennya ikan asin), terutama ketika tidak ada lagi binatang peliharaan seperti babi dan anjing yang bisa dikorbankan.  Biasanya belanja hanya sekali seminggu, dihari sabtu tepatnya untuk kebutuhan selama seminggu.

Saya lahir di kampung ini, persisnya sekitar (Sensor) tahun yang lalu. Disini saya menghabiskan masa kanak-kanak saya sampai kelas  tiga SMP. Di kampung ini saya banyak belajar, belajar berjalan, belajar untuk cari duit, belajar untuk berbohong, belajar berantam, belajar mencuri, belajar berjudi, belajar bolos, belajar jatuh cinta sesama teman kanak-kanak, belajar untuk mengejek dan menerima ejekan orang. Hal yang paling penting belajar untuk mensyukuri alangkah beruntungnya aku terlahir di kampungku yang tidak pernah di cintai pemerintah ini, hal ini terlihat dari Anggaran pembanggunan daerah yang seharusnya di alokasikan setiap tahun, hanya masuk ke kantung para pejabat kampungan itu.

Dari jaman Nabi Adam sampai Jaman si Janggalabas, kampung ini kayanya tidak terlalu banyak mengalami perubahan, semakin hari saya melihat kemunduran alih alih kemajuan. Iri rasanya melihat kampung orang yang semakin hari semakin maju, kapan waktunya Girsang maju? Sebenarnya Bukan karna semua alumni kampung kami yang tidak berhasil, tetapi mungkin hanya rasa kebersamaan, perasaan senasip, rasa kekeluargaan di antara kami yang kurang. Hal ini bisa terlihat dari kampung kami yang terbagi-bagi (Girsang dolok dengan Girsang pasar).  Entah nenek moyang siapa yang menanamkan perbedaan itu di antara kami.

Masa kanak-kanakku meninggalkan beragam kenangan. Hal-hal konyol selalu menjadi bagian yang selalu mulus terekam di dalam pikiranku. Mulai dari ketika sekolah dasar, saya selalu ingat seorang guru kami seorang wanita Boru Siregar, setiap pagi suaranya selalu melengking dalam memimpin SKJ (Senam Kesegaran Jasmani), Satu, Dua, Tiga, empat, Satu, dua, tiga, empat,,diulang-ulang entah sampai berapa kali. Maklum pada jaman itu sekolah kami belum memiliki Tape untuk memutar musik SKJ pada saat itu, alhasil berkat suara Ibu Siregarlah kami bisa segar dalam memulai pelajaran. Tapi itupun saya tidak pernah liat Ibu itu mendapatkan  appresiasi.

Sejak kelas empat sampai kelas enam hampir setiap hari senin, saya selalu kebagian  tugas sebagai pemimpin upacara atau pembaca undang-undang. waktu istrahat sekolah kami  mungkin istrahat paling panjang di dunia, jam mulai istrahat jelas, jam masuknya lagi yang ga pernah jelas.
Ketika kelas lima SD saya terpilih sebagai murid teladan dari sekolah kami untuk mewakili perlombaan cerdas cermat se-kecamatan, Hasilnya? Gagal Total. Maafkanlah aku guru, hanya segitunya kemampuan otakku.  Alani na mangallang gadong I horoa torus!!
Nilai Ebtanas kami semua jeblok, dan satu kelas masuk SMP yang sama, ketemu lagi deh teman-teman! Kita buat haccur lagi yuks sekolah baru kita ini.

Bermain sesama teman-teman di luar sekolah pun merupakan sesuatu yang tidak bisa di lupakan, kami punya “Geng Ancak”, Geng yang kerjanya selalu mencuri yang layak untuk di curi, ga peduli kita butuh atau tidak. Ga lupa sebungkus rokok murahan selalu terselip di kantong, (klo ga nyuri punya bapak sendiri, yah nyolong di kuburan) bayangkan masih SD aja aku dah mulai merokok dan mencuri, mau di bawa kemana generasi ini coba?

Sejak SD juga kami sudah sering bermain judi, bergabung dengan orang-orang dewasa pada saat itu. Kadang abang sendiri  jadi lawan main judi tidaklah masalah, karna klo kalah tinggal bilang gini “bang tambahin modalku dulu yah, bayar panen”
Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah,  kami selalu mandi di sebuah sungai yang sebenarnya jernih, hanya terkadang ‘Kapal Kuning” sering lewat tanpa terduga. Percaya-ga percaya kami sudah hapal dengan “kapal Kuning” itu pemiliknya siapa, bukan karna ada tanda pengenalnya loh, Hebat bukan?!!
Saling melempar si kuning merupakan hobby kami pada saat itu, kadang juga permainan “Marlokkot-lokkot” permainan yang (maaf) pantat kami saring beradu sambil menunggu tamu yang warna kuning itu keluar, nah si kuning inilah yang jadi bahan dasar buat pantat kami lengket.…hahahahha, jijay yah kami waktu itu!!

Masa SMP juga berlanjut dengan kenakalan yang makin menjadi jadi. Ketika kami sedang malas sekolah, biasanya sengaja memilih jalan kaki, jadi tinggal masuk ke-Parhonasan, ganti seragam, dan maen kartu. Ketika jam sekolah sudah selesai kamipun ikut pulang dengan muka yang seolah-olah sehabis capek belajar, dengan kamsud agar orang tua tidak curiga. Sampai suatu saat kami semua satu geng (ada delapan orang) mendapatkan surat panggilan dari sekolah kami, oleh karna sering bolos sekolah. Alhasil satu kampung lengkap dengan orang tua masing-masing berada di kantor BP, alangkah memalukannya dong. Untung aja ketika tiba giliranku untuk di marahi, tiba-tiba seorang malaikat mengirimkan seekor Kelabang yang seksi untuk mengigitku, niat orang tua dan guru mau marahpun akhirnya diluluhlantakkan seeokor kelabang. Ga salah pribahasa yang bilang bahwa, selalu jauh lebih nikmat di gigit kelabang daripada di marahi orang tua dan guru sekolah. Alangkah nikmatnya gigitanmu kelabang, makasih ya!!

Ah terlalu banyak kenangan masa kecilku di desa ini, bagaimana mungkin kita bisa melupakannya. dimanapun aku berada Girsang tidaklah pernah menjadi nomor dua dalam hidupku, seindah-indahnya Pulau Karibia, Girsang jauh lebih indah, kata pendeta kami. Hanya mungkin banyak hal yang perlu di lakukan kembali untuk membuat desa Girsang berkembang, kita perlu saling bersama-sama bergandengan tangan untuk memajukan desa kita yang terkenal itu. Cukuplah sudah nongkrong di warung seharian hanya sekedar ngolor ngidul ga jelas, banyak hal yang bisa di lakukan, jangan biarkan hanya Istri dan orang tua yang bekerja keras untuk menopang hidup kita. Mulailah bermimpi untuk meraih sesuatu, dan  berjuang untuk meraih mimpimu Girsangku.

Kota Parapat juga harus banyak berbenah, terlalu indah untuk di sia-siakan. Jangan lupakan bahwa Icon suku Batak berawal dari sana, belum sempurna rasanya menjadi orang Batak jika belum berkunjung kesana.  
Dulu turis Mancanegara, banyak yang berjemur di sepanjang pantai Danau Toba, sekarang? Boro-boro turis mancanegara, turis lokalpun banyak yang ogah liburan kesana. Kenapa? Apa yang membuat kota itu menjadi tidak menarik? Banyak hal yang mungkin menjadi alasan , mulai hari penjual buah yang selalu(tidak semua)menipu pembeli, orang-orangnya yang suka kasar (apalagi kalau lagi banyak pengunjung), punya sedikit uang gayanya minta ampun, setiap orang hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan yang setingi-tinginya tanpa pernah berpikir akan masa depan pariwisatanya, banyak warganya yang tidak sadar pariwisata, Pemda setempat yang selalu study banding ke Bali dan selalu pula pulang tanpa hasil.!!

Iri rasanya ketika membaca buku Naked Traveler,  Bayangkan,  sebuah negara menjadikan sebuah pohon pisang sebagai tujuan pariwisatanya, dan hanya sebuah pohon pisang!! Tau pohon pisang kan? Tempat kita biasa boker jaman dulu kalau lagi kebelet. Logisnya, Kalau pohon pisang yang sering kita bokerinpun menarik buat mereka, apalagi Danau toba yang indah itu. Sadarilah itu kawan!!!

Berjuta macam faktor kegagalan pariwisata Danau Toba bisa saja saya tuliskan, tapi lupakanlah, mari kita mulai kota Turis Parapat yang baru. Entah melalui apa kita bisa berpatisipasi, yang pasti bahagia rasanya ketika suatu saat Danau Toba (Kota Parapat) menemukan ke eksotisannya kembali..!!
Bangunlah Danau Tobaku dari tidur Panjangmu………………Dungo ma ho,,,,,,,,,,,,,,,,,,,dungo,dungo,dungo!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar