Selasa, 09 Agustus 2011

Ketungiran Waktu Sakit


Entah kenapa Sejak SMA sampai tahun ketiga saya kuliah  di Bandung saya termasuk orang yang rentan penyakit. Berbagai macam penyakit selalu menghinggapi saya tanpa kompromi. Mungkin ini akibat dari gaya hidup saya sedari kecil yang sudah mulai merokok dari sekolah dasar, ditambah lagi saya orang yang malas makan dan selalu pemilih makanan, saya hanya makan makanan yang di goreng kering, sisanya jangan coba-coba hidangkan di depan saya. tidak suka sayur-sayuran, langsung makan tanpa pernah berdoa. Alhasil inilah nasip yang harus kuterima…Rentan terhadap penyakit.

Dimulai dari masa SMA (perasaan lulus SMA), saya mendapati diri saya punya penyakit migrain stadium tujuh belas, alhasil sedikit capek pasti migran kambuh, telat makan pasti migran kambuh, telat boker juga migrain kambuh, telat ngumpulin tugas juga pasti migran kambuh, telat uang bulanan pasti kambuh,  intinya apapun yang kulakukan selalu aja migran ini kambuh.  hampir saja saya putus asa waktu itu, sudah mencoba berobat ke hampir semua dokter yang ada di kota itu, entah kenapa satupun dari antara mereka tidak ada yang berhasil memberikan diagnosa penyakitku, mungkin dokter disana semuanya lulusan sekolah dasar inpres (sekolah dasar dadakan itu), jadi harap maklum.

Orang tua saya mencoba menasehati saya untuk tidak terlalu memporsir diri untuk belajar, padahal dalam hati saya sedih, karna sejujurnya saya tidak pernah belajar waktu itu, bahkan ke sekolahpun hanya bisa di hitung dengan jari tangan dan bulu ketek. pada jam sekolah saya sudah berada di Billiar bahkan sebelum penjaga billiar itu datang.  Alhasil setiap ada surat panggilan dari sekolah, saya hanya perlu mengeluarkan duit lima ribu perak untuk membayar tukang becak sebagai pengganti Orang Tua saya. Hampir semua guru di sekolah saya bingung, melihat orang tua saya yang selalu berubah wajah setiap saat.  Pertanyaan yang sering mereka lontarkan adalah; “kok bapakmu setiap saat ganti?”, sayapun hanya bisa menjawab dengan shy-shy cat!!

Singkat cerita penyakit migran saya sembuh total setelah ditangani seorang dokter yang sangat ahli dan saya cintai dengan tulus itu.  saya sudah putus asa dan marah dengan dokter-dokter di Bandung. akhirnya saya pulang ke Medan dan menemukan dokter ganteng itu, dan atas kepintarannya dan tentu saja karna penyertaan Tuhan, sayapun sembuh.

Ternyata penderitaan saya tidak berakhir disana, tahun pertama di Bandung saya sudah harus rawat inap di rumah sakit selama beberapa minggu oleh karna sakit tyfus dan demam berdarah, entah kenapa penyakit yang sok populer ini,  selalu aja dengan setia menyerang anak-anak kost miskin seperti saya. 

Tidak sampai  disitu, tahun kedua saya di bandung saya di hinggapi penyakit Asthma Bronchiale karena vaso kontriksi. Entah penyakit apa lagi ini, sayapun baru tau beberapa bulan yang lalu setelah baca buku tetralogi Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata yang ganteng itu. 

Awalnya penyakit ini saya dapatkan ketika suatu pagi yang cerah, saya dengan dua orang teman saya hiking ke Tangkuban Perahu, start dari cimahi - Tangkuban Perahu – Lembang. Seingat saya kami menempuh perjalanan sejauh ini hanya dalam waktu 4 jam. Alhasil karna tekanan udara di dataran tinggi, pembuluh darah saya mungkin tidak cukup kuat untuk bertahan. Saya baru menyadari ada sesuatu yang tidak beres ketika malam pertama mulai mimisan, hal ini berlanjut setiap malam (tepatnya subuh) yang semakin hari semakin banyak. Bukan hanya menetes lagi tetapi mengalir seperti derasnya sungai Musi.

Suatu malam yang gelap gulita, ketika saya sedang tertidur pulas saat teman-teman yang lain masih sibuk maen Championship Manager (game yang cukup popular saat itu), tiba-tiba seorang dari mereka menyadari kalau kasur yang saya tiduri setengahnya sudah basah oleh darah saya, ketika saya terbangun sayapun sama terkejutnya dengan mereka. Dengan perasaan panik, membuat mereka bereaksi macam-macam tanpa tau apa yang harus dilakukan.  Ada yang muntah, ada yang menangis, ada yang tiba-tiba berdoa padahal sebelumnya selalu lupa, ada yang memberikan pesan untuk saya jangan meninggal dulu, karna susah nyari kuburan di Bandung. Beragam reaksi mereka saat itu. Dalam kepanikan mereka sayapun mencoba membuat keadaan semakin heboh, darah yang mengalir saya simpan cukup lama dimulut, setelah kupikir stok darahnya cukup banyak, sayapun memuntahkan di depan mereka, alhasil isak tangis mereka semakin ga karuan, dalam pesakitan, aku hanya tersenyum bahagia akhirnya bisa melihat sekumppulan pria-pria sangar menangis tersedu-sedan.

Dengan perjuangan sahabat-sahabat saya, sayapun berhasil di antar ke sebuah rumah sakit, itupun sudah membuat satu kompleks ikut panik, tiada rumah yang terlewat semua digedor-gedor teman-teman saya untuk meminta bantuan. Sialnya ketika dirumah sakit ditangani  dokter beberapa jam, saya selalu aja  disuruh pulang lagi, karna katanya tidak ada masalah dengan hidung saya. Hal ini selalu berlanjut hampir sepuluh kali. Buta kali dokternya ya, masa dah mengeluarkan darah sebanyak itu malah dibilang ga ada apa-apa? aneh

Besoknya ketika saya terbaring lemas dirumah sakit, sayapun mendengar teman-teman saya yang lain akan datang menjenguk. Dengan bangga Saya mencoba menyiapkan kejutan kecil buat mereka, yaitu kentut orang sakit. Teman-teman taulah yah, bagaimana baunya kentut orang yang lagi sakit. Inilah momen yang kutungu-tungu, Ketika gorden mereka buka, sayapun mengeluarkan surprise kecil buat mereka, alhasil semua mau muntah, plus perawat yang sedang memeriksa pasien di sebelah saya ikut berpartisipasi mencium baunya, sampai perawat cantik itu menunda pemeriksaan dan mencoba menyelamatkan diri keluar dari ruangan, ternyata tidak ada seorangpun yang mampu bertahan menahan baunya.  Dalam hati sayapun senyum malu-malu campur senang yang tiada tara walau setelahnya yang kudapat sejumlah makian sayang dari teman-teman saya itu.  Ga peduli, yang penting kalian sudah puas menikmati. hehe

Akhirnya karna selama dirawat di Bandung saya tidak pernah mendapatkan kesembuhan, sayapun memutuskan untuk kembali lagi ke Medan menemui seorang dokter yang saya anggap punya kapasitas untuk menyembuhkan saya. Setelah saya cerita sedikit tentang penyebabnya, dia hanya butuh waktu selama 30 menit untuk meracik obat saya,  dan hasilnya penyakit kampungan itu tidak pernah kambuh lagi.

Ternyata dokter yang menangani saya waktu SMA dulu dan dokter  di kota saya kuliah sama saja, semuanya lulusan SD impres, hanya dokter yang di Medan yang menurutku bener-bener hebat.  Tidak salah memang dia memilih profesi ini.

Jadi bersyukurlah untuk setiap kesehatan anda, ternyata kesehatan itu adalah harta yang paling berharga, cobalah untuk hidup sehat, rajin olahraga, banyak berdoa. Kesembuhan adalah anugrah terindah yang pernah kudapatkan.  Setelah cukup pengalaman di dunia sakit-penyakit ini, sayapun memustuskan untuk mengikuti pola hidup sehat, dan kembali ke jalan yang benar. Alkhirnya, aku kembali kejalan yang benar!!

1 komentar:

  1. sinar mariyo santana s13 Agustus 2011 pukul 01.36

    aq suka sama cerita mu tulang walau pun ad jorok2 nya cmn bisa buat aq tertawa hari ni,tp tulang benar kesehat adalah anugra yg terindah dlm hdp kita,maka krn itu kita hrs jaga kesehat dan mkn yg
    secukupnya...

    BalasHapus